Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS-K Pelaku Penembakan Massal d Moskow, Ini Alasannya

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS-K Pelaku Penembakan Massal d Moskow, Ini Alasannya
Sekelompok orang melakukan serangan penembakan massal di sebuah gedung konser di Moskow, Rusia pada hari Jumat, 22 Maret 2024. Akibat insiden tersebut, 143 orang dilaporkan tewas dan 145 orang lainnya terluka. (Anadolu)
0 Komentar

PEMERINTAH Rusia mengaku tidak percaya bahwa ISIS-K merupakan pelaku penembakan di Moskow yang terjadi pekan lalu. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan pada Rabu, 27 Maret 2024 bahwa “sangat sulit dipercaya” ISIS-K memiliki kapasitas untuk melancarkan serangan tersebut, yang menewaskan setidaknya 143 orang.

ISIS-K merupakan singkatan dari Negara Islam Khorasan, nama yang diambil dari istilah lama untuk wilayah yang mencakup sebagian Iran, Turkmenistan, dan Afghanistan.

Meski ISIS-K telah mengklaim tanggung jawab, Presiden Rusia Vladimir Putin menuding Ukraina terlibat dalam penembakan. Dalam pidatonya pada akhir pekan lalu, ia berkata bahwa para pelaku mencoba bergerak menuju Ukraina, di mana telah dipersiapkan “celah” agar mereka dapat melintasi perbatasan.

Baca Juga:Kebijakan Industri: Timur Atau Barat, Pembangunan Atau Perang?Mengapa Perguruan Tinggi di Indonesia Terjebak Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang

Zakharova mengulangi pernyataan tersebut, yang belum memiliki bukti, bahwa Ukraina berada di balik serangan di Balai Kota Crocus. Serangan tersebut merupakan insiden paling mematikan yang pernah dialami Rusia dalam 20 tahun ke belakang.

Kementerian Darurat Rusia menerbitkan daftar nama yang menunjukkan 143 orang tewas dalam penembakan massal Jumat lalu. Penghitungan resmi sebelumnya menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 139 orang.

Para pejabat Amerika Serikat mengatakan mereka memiliki informasi intelijen yang menunjukkan bahwa pembantaian tersebut dilakukan oleh cabang jaringan Negara Islam di Afghanistan, ISIS-K. Ukraina pun telah berulang kali membantah keterlibatannya dalam serangan itu.

Namun Zakharova mengatakan negara-negara Barat segera melemparkan tanggung jawab pada ISIS sebagai cara untuk mengalihkan kesalahan dari Ukraina dan pemerintah-pemerintah Barat yang mendukung Kyiv.

“Untuk menghilangkan kecurigaan dari kolektif Barat, mereka sangat perlu menemukan sesuatu, jadi mereka menggunakan ISIS, mengeluarkan kartu as, dan hanya beberapa jam setelah serangan teroris, media Anglo-Saxon mulai menyebarkan versi-versi ini,” katanya.

Putin sebelumnya mengatakan serangan itu dilakukan oleh kelompok militan Islam, namun menambahkan bahwa serangan itu menguntungkan Ukraina, maka Kyiv mungkin punya peran dalam hal ini.

Berhubungan dengan klaim tersebut, pemimpin Belarus Alexander Lukashenko mengatakan pada Selasa bahwa orang-orang bersenjata itu awalnya berusaha menyeberang ke negaranya, sebelum berbalik dan menuju Ukraina setelah mereka menyadari bahwa penyeberangan ke Belarus telah ditutup.

0 Komentar