Respons Pembakaran Jas Almamater: Wong Policy Itu di Tingkat Nasional kok yang Disalahkan UGM

Respons Pembakaran Jas Almamater: Wong Policy Itu di Tingkat Nasional kok yang Disalahkan UGM
Demo mahasiswa tolak kenaikan harga BBM di Istana Kepresidenan Jogja diwarnai bakar jas almamater UGM/Net
0 Komentar

SEORANG peserta unjuk rasa membakar jas almamater Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam demo menolak kenaikan BBM di depan Gedung Agung atau Istana Negara, Kamis (15/9/2022) kemarin. Sembari membakar jas almamater, peserta demo tersebut juga mengaku sebagai mahasiswa UGM.

Terkait insiden ini, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni UGM Arie Sujito angkat bicara.

Arie menjelaskan bahwa mahasiswa sebagai bagian civitas akademika harus dilindungi untuk bersuara dan berpendapat. Jas almamater adalah simbol yang menunjukkan dari mana orang tersebut. Dengan membakar jas almamater, justru secara sosiologis menunjukkan mahasiswa itu tak mau dilindungi.

Baca Juga:Benny K Harman: Saya Hanya Dengar, Ada ‘Genderuwo’ Tak Ingin Pak Anies Maju Jadi Capres 2024Polisi Tembak Polisi, Kanit Provos Polsek Way Pengubuan Dicopot

“Bagi saya mahasiswa sebagai civitas akademika itu dilindungi tapi kalau justru membakar itu berarti dia sendiri yang enggak mau dilindungi. Wong dia membawa identitas itu (almamater) mau dilindungi kan, mulanya,” kata Arie dihubungi awak media, Jumat (16/9/2022).

Dia mengatakan bahwa mahasiswa telah dewasa. Mereka, sudah tahu apa yang mereka lakukan. Nantinya publik lah yang akan menilai. Di sisi lain, Arie menegaskan bahwa UGM tidak terpancing dengan aksi tersebut.

“Soal jaket sekali lagi kan ada upaya untuk secara simbolik menyeret. Tapi sekali lagi terus terang kami enggak terpancing ya karena fokusnya bukan soal jaket itu,” katanya.

Arie menjelaskan bahwa fokus utama demo itu adalah mengkritisi kebijakan pusat. UGM menurut Arie tampak diseret meski sebenarnya tidak ada sangkut pautnya dengan kebijakan pemerintah pusat.

“Saya itu menghargai demonstrasi itu hak suara mahasiswa karena memang perbedaan di dalam penafsiran soal policy itu hal yang lumrah dan mahasiswa mengartikulasikan aspirasi lewat demonstrasi salah satunya. Tapi ketika bergeser berubah menjadi pembakaran jaket, nah ini yang disasar siapa,” katanya.

“Wong policy itu di tingkat nasional kok yang disalahkan UGM,” katanya.

Soal insiden pembakaran jas almamater ini, menurut Arie banyak alumni yang bereaksi. Namun, dia meminta untuk jangan ada yang terpancing.

Baca Juga:Kecewa Terhadap Proses Penyidikan, Kuasa Hukum Brigadir J: Penyidik Bareskrim Polri Tidak Ikhlas Jadikan Ferdy Sambo TersangkaJika Ada Partai yang Berani, Anies Baswedan: Saya Siap Mencalonkan Diri Sebagai Presiden

“Banyak alumni yang ‘kok bisa membakar kayak gini tuh gimana’ tapi sudahlah saya tidak terpancing itu. Tapi saya kira saya tidak mau diseret ke arah itu. Sekali lagi kalau mau mengartikulasikan silakan, tetapi jangan kejebak pada kekerasan, pada umpat-umpatan apalagi membakar jaket gitu-gitu,” katanya.

0 Komentar