Refleksi Republik Usia 79 Tahun: Mrongos dan Medeni

Heru Subagia
Heru Subagia
0 Komentar

DPR RI adalah produk paling sesat dan gagal. Nyaris sempurna jika anggota dewan terhormat tersebut adalah produk demokrasi paling kotor dan jahat. Proses pileg secara keseluruhan gagal melahirkan legislator yang unggul profesional dan ideologis. Baik proses dari seleksi hinggga pencoblosan DPR dinodahi oleh praktek manipulasi, money politic, jual beli suatu penyelenggara dan caleg serta pengkondisian tertentu hingga proses pemili tersebut tidak layak dilegalkan.

Pada akhirnya DPR bekerja dan bertanggung jawab bukan ke pemilih atau setidaknya bertanggung jawab berspekulasi pada hati nurani dan etika. Tidak atau minimnya menjalankan fungsi legislasi, menjalankan fungsi penganggaran dan pengawasan, merumuskan RAPBN 2025 untuk suksesi transisi pemerintahan, menyelesaikan banyak undang-undang strategis,

Produk Infrastruktur Mencekik

Pada kenyataannya, jalan tol yang dibangun justru menyedot pengasihan masyarakat, kenaikan tarif jalan terus melambung, sementara masyarakat sedang mengalami keterpurukan daya beli.

Baca Juga:Kebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 LudesBPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan Nilainya

Justru berbagai sarana tranportasi berbayar pada akhirnya mencekik ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Bukan menyediakan infrastruktur yang ekonomis dan efesien justru berbalik arah mereduksi pendapat masyarakat.

Bagi Jokowi, selama 10 tahun masa pemerintah memberikan benefit berkelanjutan, mampu dianggap membangun sebuah fondasi dan peradaban baru, dengan pembangunan yang Indonesiasentris, membangun dari pinggiran, membangun dari desa, membangun dari daerah terluar. IKN adalah simbol proyek yang diklaim bahwa Indonesia bukan Jawa sentris.

Klam telah membangun 366 ribu kilometer jalan desa, 1,9 juta meter jembatan desa, 2.700 kilometer jalan tol baru, 6.000 kilometer jalan nasional, 50 pelabuhan dan bandara baru, serta 43 bendungan baru, dan 1,1 juta hektare jaringan irigasi baru.

Bukannya banyak bendungan salah sasaran hingga tidak berhasil mebyedajkam pasokan air lahan petani saat musim kemarau, bandara baru yang mangkat, pelabuhan yang dibagun untuk infrastruktur tol laut juga sudah lumpuh dan tidak bermanfaat?

Koneksitas infrastruktur dianggap sebuah prestasi besar, menurunkan biaya logistik dari sebelumnya 24 persen menjadi 14 persen di tahun, meningkatkan daya saing dari sebelumnya peringkat 44 menjadi peringkat 27 di tahun 2024. Pertanyaannya, mengat banyak mobil atau truk ekspedisi saat ini menumpuk berjejar di jalan -jalan nasional daripada memasuki jalon tol yang dibagi Jokowi?

0 Komentar