Redupnya Buzzer Pro-Jokowi di Pembantaian Wamena

Redupnya Buzzer Pro-Jokowi di Pembantaian Wamena
0 Komentar

“Makanya saya bilang saya menahan diri untuk bicara itu karena saya tahu kalau kemudian nanti kita akhirnya fokus kepada peristiwa di Wamena, yang memang yang menjadi korban adalah para pendatang, itu akan membangun api lebih besar sebenarnya di sana.”

“Terutama di para suku yang ada di pendatang itu yang merasa bahwa bagian daripada mereka menjadi korban.”

Denny tak menampik bahwa ia merasa dipancing untuk vokal mengomentari kerusuhan Wamena seperti terhadap isu-isu lain yang menyudutkan Pemerintah Indonesia.

Baca Juga:Blak-blakan, Pengakuan Ahmad Muzani Soal Komunikasi Prabowo dan MegawatiBamsoet Resmi Ketua MPR!

“Mereka itu ingin saya mengutuk orang Papua, yang disebut vokal buat mereka itu mereka ingin saya mengutuk orang Papua, yang membantai orang-orang yang pendatang.”

“Kenapa? karena ketika berbicara saya selalu mengkritik orang-orang Islam garis keras. Nah ini sekarang yang terbantai orang Islam, ‘kenapa kok kamu sekarang tidak vokal kepada orang Kristen yang bantai orang Islam?’ itu framingnya mereka.”

Ia mengatakan banyak netizen yang berkomentar kepadanya ‘tuh kamu selalu bicara radikal, teroris, yang selalu yang melakukannya orang-orang Islam. Nah sekarang orang-orang non-Muslim yang melakukan itu kenapa kok kamu tidak kemudian bilang bahwa mereka radikal?’.

Atas komentar-komentar itulah Denny mengungkap ia makin tak ingin terlibat dalam percakapan soal Wamena.

Ia juga mengatakan dirinya memiliki beberapa teman di media sosial yang selalu rutin bertemu dan berbicara untuk menyatukan pandangan, termasuk untuk soal isu Wamena.

“Karena menjaga Wamena sama dengan menjaga NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) sebenarnya. Kita tujuannya bukan Jokowi kok.”

“Jokowi ini adalah pemerintahan yang sah yang harus kita lindungi, bukan jokowinya tapi posisi dia sebagai pemerintahan yang sah,” sebut Denny.

Percakapan alami

Baca Juga:Berdekatan dengan Makam Wiralodra II, Misteri Tengkorak di Ruko Bekas Warnet IndramayuIndonesia Biayai Buzzer untuk Manipulasi Opini Publik, Ini Hasil Kajian Oxford

Kepada ABC, Ismail menjelaskan tipe percakapan dalam topik Wamena tergolong alami. Dibandingkan dengan topik bertanda pagar parade tauhid dan 212carimuka misalnya, perbedaan interaksinya sangatlah jauh.

“Itu artinya untuk parade tauhid dan 212 carimuka mereka harus banyak ngirim tweet dalam waktu yang singkat supaya tagar itu muncul.”

“Sementara kalau terkait dengan Wamena dan IDIBerduka, tak perlu banyak-banyakan tweet cukup beberapa orang. Tapi itu diretweet begitu banyak.”

0 Komentar