Bersama para kolega dosen lainnya dan para mahasiswa, pada 2005, Prof. Khairurrijal pertama kali membangun I-V Meter untuk menghasilkan karakteristik arus vs tegangan dari material maupun devais elektronik yang dibuat. Pengembangan peralatan ini telah terbit di jurnal internasional terpandang bernama Measurement Science and Technology pada tahun 2007. Hingga saat ini, I-V Meter telah diperbanyak sejumlah puluhan buah dan tersebar di perguruan tinggi dari Aceh hingga Sulawesi. Meski peralatan ini berharga ratusan juta hingga miliaran rupiah untuk versi impornya, para peneliti dapat memilikinya dengan hanya puluhan juta rupiah saja.
“Dengan pengalaman dalam pengembangan I-V Meter tersebut, kami telah membuat berbagai peralatan bantu untuk pengajaran. Berbagai pengembangan komputer papan tunggal telah digunakan untuk praktikum para mahasiswa sarjana dan makalahnya telah terbit di jurnal internasional terpandang bernama Computer Applications in Engineering Education. Berbagai pengembangan alat bantu pengajaran fisika juga telah terbit di Physics Education,” sambungnya.
Menciptakan Alat Nanoserat dan Nanopartikel
Selain itu, pada 2007, Prof. Khoirurrijal juga melihat adanya peluang untuk menghasilkan nanoserat dan nanopartikel dengan menggunakan teknik electrospinning dan electrospraying, secara berurutan. Sistem sintesis ini nampaknya lebih mudah dan murah untuk diduplikasi sehingga perguruan tinggi lain di Indonesia dapat juga memilikinya. “Di awal pengembangannya, karena kendala dana, kami telah memulai dengan metode ‘kertas, pensil, dan komputer biasa’,” ujarnya.
Baca Juga:Harga Emas Antam Naik Tipis Jadi Rp 764.000Kondisi Wamena Pulih, 11 Ribu Warga Eksodus Ancam Perekonomian
Simulasi sintesis nanoserat telah dilakukan. Seiring dengan waktu, ia memeroleh hibah penelitian yang tidak cukup untuk membeli sistem sintesis nanoserat yang tersedia komersial. Ia pun mendesain dan mengembangkan sendiri sistem tersebut.
“Hari ini, sistem sintesis buatan dalam negeri ini telah diperbanyak belasan buah dan tersebar di perguruan tinggi di Sumatera, Jawa, dan Bali. Harganya pun jauh lebih murah dari versi impornya,” jelas Prof. Khoirurrijal.
Dijelaskannya, sampai saat ini sudah cukup banyak publikasi di jurnal internasional terpandang menggunakan sistem sintesis buatan sendiri tersebut. Belasan inovasi terkait sistem sintesis dan hasil sintesis dengan peralatan ini juga telah didaftakan patennya. Selain itu, untuk layanan komersialisasinya, sebuah usaha startup bernama Nachriebe telah dibuat dengan bimbingan LPIK ITB.