Pria Solo Ini 25 Tahun Jadi Detektif Swasta di Amerika Serikat, Simak Kisahnya

Pria Solo Ini 25 Tahun Jadi Detektif Swasta di Amerika Serikat, Simak Kisahnya
0 Komentar

SOEKO Prasetyo, seorang pria asal Solo yang menyelesaikan pendidikan S1-nya di Universitas Islam Indonesia (UII) Jogja, menekuni profesi sebagai detektif di Amerika.

Soeko Prasetyo menjadi Private Investigator atau detektif swasta selama 25 tahun. Ratusan kasus berhasil ia bongkar, antara lain kasus-kasus besar yang ia terima dari FBI.

Pekerjaan itu mula-mula diterima Soeko Prasetyo secara tidak sengaja. Namun kemudian cara, gaya, dan tingkat keberhasilan yang tinggi membuat ia serius melakoninya selama seperempat abad.

Baca Juga:Tuntut Revisi UU Desa, Massa Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia Bubarkan Diri Usai Ada Kesepakatan dengan DPRRusuh Demo Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia Depan Gedung DPR/MPR RI, Kapolda Metro Jaya: Massa Rusak Beton Pagar

Kisah ini diunggah oleh akun YouTube VOA Indonesia pada Jumat (26/1) dalam program Ketika Hidup Diperjuangkan, bersama host Alam Burhanan dan Supri Yono.

Soeko mengisahkan bahwa ia mengalir saja saat masuk dan menjalani kuliah di UII Jogja. Fakultas Hukum yang ia tekuni, ternyata sangat membantu dirinya dalam melakoni profesi sebagai detektif.

“Saya nyemplung saja [jadi detektif]. Tidak punya pengalaman. Tapi [ketika] saya di Indonesia, pernah sekolah di Fakultas Hukum,” ungkap Soeko ketika ditanya apakah ia memiliki ilmu atau ketrampilan khusus yang mendukung pilihannya.

Soeko yang pindah ke Amerika pada Januari 1971 mengisahkan bahwa meskipun ia memeluk agama Kristen, teman-teman bergaulnya 90% adalah Muslim.

“Tetangga-tetangga saya orang Islam. Sahabat karib saya ini dari SMA lulus, ke Universitas Islam Indonesia (UII). Saya ikut saja,” jelasnya.

Bekal pemikiran berbasis hukum ini yang mendukung Soeko sukses menekuni sesuatu yang baru ini. Mengenai kemampuan dalam melakukan penyelidikan, Soeko mengaku improve saja.

Ada dua kasus besar yang pernah ia tangani. Pertama, kasus pembajakan jutaan kaset per bulan yang melibatkan pengusaha Indonesia. Kemudian kasus pemalsuan jam tangan bermerek dan perdagangan senjata.

Baca Juga:Petisi Bulaksumur, Profesor Koentjoro: Jokowi Sebagai Alumni Semestinya Pegang Jati Diri UGMPolda Papua: Ada Indikasi Kelompok Kriminal Bersenjata Egianus Kogoya akan Sandera Istri Phillip Mehrtens

Kasus pembajakan kaset yang dimaksud Soeko adalah kaset berisikan lagu-lagu yang dinyanyikan oleh 45 musisi top dumia yang hasil penjualannya disumbangkan untuk amal.

‘We Are the World’ adalah lagu karya Michael Jackson dan Lionel Richie. Pada 1985 diproduksi oleh Quincy Jones dan dinyanyikan oleh supergrup beranggotakan 45 musisi yang menyebut proyek ini ‘USA for Africa’ (United Support of Artists for Africa).

0 Komentar