Polah Belanda di Hotel Yamato Berujung 10 November 1945

Polah Belanda di Hotel Yamato Berujung 10 November 1945
Peristiwa perobekan bendera Bela nda di Hotel Yamato, 19 September 1945 (IST)
0 Komentar

Ketika massa semakin membesar, Residen Surabaya Soedirman berusaha mencegah terjadinya konflik yang lebih luas dengan mendatangi pihak Belanda ke Hotel Yamato. Dalam buku Surabaya Bergolak (1990), R.S. Achmad mengisahkan, dengan ditemani dua pemuda bernama Sidik dan Hariyono, Soedirman membujuk pemimpin tentara Belanda di hotel itu, Ploegman, untuk segera menurunkan bendera yang semalam dinaikkan (hlm. 13).

Residen Soedirman khawatir, jika massa murka, situasi bisa saja tidak terkendali dan berpotensi besar menimbulkan banyak korban dari rakyat Surabaya. Apalagi di area itu, menurut Frank Palmos dalam Surabaya 1945: Sakral Tanahku (2016), tampak beberapa orang yang memakai seragam jibaku. Mereka ini adalah pemuda Indonesia yang dilatih khusus oleh Jepang untuk menjalankan misi bunuh diri bila diperlukan (hlm. 140).

Perundingan berlangsung di lobi hotel. Permintaan Residen Soedirman kepada Ploegman agar bendera Belanda diturunkan justru dijawab dengan ketus. Dalam buku Rakyat Jawa Timur Mempertahankan Kemerdekaan yang disusun Irna Hadi Soewito (1994: 28), dituliskan jawaban Ploegman itu:

Baca Juga:Hari Ini, Sidang Komisi Kode Etik Polri Banding Ferdy SamboKecelakaan Beruntun KM253 Tol Pejagan-Pemalang Diduga Asap Kebakaran Lahan, Polisi Dalami Penyebab Lahan Terbakar

“Pasukan Sekutu telah memenangkan perang, dan karena Belanda adalah bagian dari Sekutu, maka sudah menjadi haknya mengembalikan pemerintahan Hindia Belanda. Republik Indonesia? Kami tidak tahu itu apa!”

Jelas, ini berarti Belanda memang tidak pernah menganggap kemerdekaan Indonesia dan ingin kembali menguasai bekas wilayah jajahannya itu kendati dengan berlindung di bawah kekuatan Sekutu yang memenangkan Perang Dunia II.

Ploegman kemudian meninggalkan ruangan, sementara Residen Soedirman masih bertahan di lobi hotel bersama Sidik dan Hariyono yang tetap setia mengawalnya. Namun, tak lama berselang, Ploegman kembali dengan membawa sepucuk pistol. Perwira Belanda itu mengacungkan senjatanya dan mengancam Residen Soedirman.

Menyadari keadaan semakin gawat dan sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Sidik bertindak cepat dengan menerjang Ploegman dan berusaha merebut pistolnya. Pergumulan seru pun berlangsung.

Ketika Sidik bergulat dengan Ploegman, Hariyono dengan sigap mengamankan Residen Soedirman dan membawanya lari ke luar hotel. Beruntung, saat dan usai perundingan di lobi yang menemui jalan buntu itu, tidak banyak prajurit Belanda yang berada di ruangan.

0 Komentar