Petualangan Snouck Hurgronje Sebagai Mata-mata Menurut Philip Droge

Petualangan Snouck Hurgronje Sebagai Mata-mata Menurut Philip Droge
Dr. Muhammad Najib/Net
0 Komentar

PHILIP Droge adalah seorang wartawan berkebangsaan Belanda, yang melakukan penelitian secara khusus tentang ilmuwan sekaligus mata-mata yang bekerja untuk Pemerintah Kolonial Belanda.

Kota suci Makkah hanya untuk orang Islam dan terlarang untuk mereka yang beragama lain. Demikianlah aturan yang berlaku dan dipertahankan sampai sekarang.

Johan Kruyt, Konsul Belanda di Jeddah, tahu benar aturan ini. Akan tetapi, sebagai diplomat yang mewakili negaranya di wilayah yang mencakup dua kota suci umat Islam ini, ia memiliki tanggung jawab untuk mengetahui aktifitas jamaah haji atau pun umrah, khususnya yang datang dari wilayah yang menjadi koloni negerinya.

Baca Juga:Lembaga Anti Rasuah Tidak Akan Pernah Bubar, Firli Bahuri Paparkan Kinerja 2021-2022Inovasi Biologi BIOS 44 di Waduk Darma, Pangdam Siliwangi: Danau Kekuatan Potensial Pertahanan

Johan lalu menemukan tulisan Snouck Hurgronje di koran Java Bode. Sang Konsul sangat kagum membacanya. Tak salah lagi, pikir Kruyt, Snouck-lah orang yang dicarinya untuk sebuah tugas tidak mudah, yang diperlukan sebagai bagian dari tanggung jawabnya, baik untuk dirinya sendiri mau pun untuk para pejabat di Den Haag yang bertugas mengurusi wilayah jajahan.

Snouck yang telah menyelesaikan program doktor bahasa dan sastra oriental dari Universitas Leiden, saat itu baru berusia 28 tahun, kemudian berangkat ke Jeddah, salah satu kota pelabuhan yang jaraknya hanya 82 Km dari Kota Makkah.

Snouck sang putra pendeta dari Breda lalu melafalkan kalimat syahadat di muka Kadi (Hakim) Isma’il Agha. Sebanyak tiga kali dia menyuarakannya dengan keras untuk meyakinkan sang Kadi. Menurut Philip, Snouck mengiris sendiri selaput penisnya pada 16 Januari 1885, kemudian memilih nama Abd al-Ghaffar al-Laydini sebagai bagian dari identitas muslimnya.

Seminggu sebelumnya, Snouck memotret Marsekal Nuri Pasja yang mengenakan pakaian kebesaran Turki Usmani. Kemudian dia mendekati Isma’il Agha, dengan kefasihannya berbahasa Turki, dan menyampaikan niat menjadi muslim, sehinggs membuat sang Marsekal bangga karena jarang sekali ada bule menjadi mualaf pada waktu itu.

Menurut Philip pendekatan yang digunakan Snouck memang memesona. Sejak berangkat dari negerinya, ia memilih kapal yang melalui rute Afrika dan melewati negara-negara Arab. Snouck lalu mendekati para penumpang yang bertujuan melaksanakan ibadah ke kota Makkah untuk memperkaya wawasannya.

0 Komentar