Pertanyakan Pernyataan Luhut Harga Sawit Turun, Legislator: Jangan Cari Kambing Hitam soal Ukraina.

Pertanyakan Pernyataan Luhut Harga Sawit Turun, Legislator: Jangan Cari Kambing Hitam soal Ukraina.
Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) Deddy Yevri Hanteru Sitorus (Foto: Istimewa)
0 Komentar

ANGGOTA Komisi VI DPR RI, Deddy Yevri Sitorus mempertanyakan pernyataan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan yang menyebut harga sawit turun karena Ukraina membuka keran ekspor minyak bunga matahari atau sunflower. Ia pun meminta agar pemerintah tak mencari alasan dalam menyikapi anjloknya harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani.

Anggota Fraksi PDI Perjuangan ini juga meminta Luhut Panjaitan agar jangan buang badan soal anjloknya harga TBS sawit dan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO).

“Kalau Pak Luhut bilang itu karena Ukraina buka keran ekspor (minyak) bunga matahari (sunflower) dan memangkas pajak ekspor, itu namanya buang badan dan tidak bertanggung jawab,” katanya di Jakarta, Jumat, 8 Juli.

Baca Juga:Mantan Presiden ACT Ahyudin Dicecar 22 Pertanyaan Selama 12 JamBMKG Ungkap Aktivitas Gempa di Selatan Jawa Timur, Lumajang Diguncang Belasan Kali

Menurut Deddy, anjloknya harga TBS sawit petani disebabkan karena kerusakan rantai pasok terkait moratorium ekspor, mekanisme perizinan ekspor (PE) yang memakan waktu, kebijakan distribusi minyak goreng yang kacau, hingga tingginya beban pungutan ekspor dan flusing out.

Lebih lanjut, Deddy menilai kekacauan tersebut yang menjadi biang kerok harga TBS petani hancur dibawah kewajaran.

“Jadi jangan cari kambing hitam soal Ukraina. Sebab harga ke-ekonomian TBS dan CPO itu ambruk karena kapasitas tangki yang overload sehingga tidak mampu menampung TBS dan siklus CPO-nya tidak bisa berjalan normal,” katanya.

Deddy menilai bahwa pengelolaan CPO dan minyak goreng dibawah Luhut Panjaitan itu gagal total. Hal ini karena ekspor tertahan dan merugikan negara, perusahaan sedang dirugikan karena kualitas CPO menurun dan petani kecil menjerit karena harga yang terjun bebas.

Bahkan, lanjut Deddy, di saat demand global menurun nyaris 30 persen, harga TBS dan CPO tetap rontok dibawah harga keekonomian. “Kenapa? Karena rantai pasok komoditas tersebut tersendat,” ujarnya.

Kondisi inilah, kata Deddy, yang mendorong pasar global mencari jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan mereka akan minyak nabati. Menurut Deddy, itu didapat dari mulai mengalirnya minyak nabati selain sawit di dunia, salah satunya minyak bunga matahari dari Ukraina.

“Jadi masalahnya ada pada pengelolaan industri sawit di Indonesia yang carut marut, bukan semata-mata karena pengaruh global,” jelasnya.

0 Komentar