Perjalanan COVID-19 dan Pandemi di Masa Depan

Perjalanan COVID-19 dan Pandemi di Masa Depan
Stephen Thomas difoto pada 14 Agustus 2023, di SUNY Upstate Medical University, di mana dia menjabat sebagai ketua mikrobiologi dan direktur Institut Kesehatan Global dan Ilmu Terjemahan. (Foto milik SUNY Upstate Medical University)Foto milik SUNY Upstate Medical University
0 Komentar

“Dokter dan ilmuwan perlu belajar berkomunikasi lebih baik dengan masyarakat dan masyarakat umum tentang ilmu pengetahuan dan kedokteran serta pentingnya vaksinasi, misalnya,” ujarnya saat ditemui Tempo usai simposium di Suntec Singapore Convention Center, Sabtu, November. .18, 2023.

Pandemi Covid-19 yang menghancurkan telah mengubah kehidupan banyak orang. Kini setelah penyakit ini menjadi endemik, dunia diharapkan tetap bersiap menghadapi kemungkinan pandemi di masa depan. Saat ditanya oleh Tempo mengenai kemungkinan pandemi berikutnya, Prof. Stephen Thomas berkata, “Saya pikir kita akan terus mengalami masalah ini, tapi mudah-mudahan tidak sebesar ini (COVID-19).

Dijelaskannya, kemungkinan besar penyebabnya adalah virus pernafasan karena mudah menular, misalnya flu burung karena beberapa strainnya memiliki angka kematian yang sangat tinggi. “Jika kita menyamakan penularan dengan tingkat kematian yang tinggi, itu akan menjadi situasi yang sangat sulit. Itulah yang benar-benar saya khawatirkan, flu.”

Baca Juga:3 WNI di Gaza Hilang Kontak Pasca Serangan Israel terhadap Rumah SakitJembatan Kaca di Banyumas Roboh, 1 Orang Wisatawan Tewas

Mengenai kolaborasi medis dan pemerintah dalam menghadapi kemungkinan pandemi di masa depan, ia mengatakan bahwa pemerintah dapat memainkan peran yang sangat penting dalam menetapkan hal-hal yang penting. Dia yakin mereka pasti bisa menghadirkan sumber daya finansial dan sumber daya lainnya untuk berdiskusi.

“Tidak ada intervensi farmasi atau non-farmasi yang sempurna, namun jika kita menggabungkan beberapa intervensi yang baik, kita dapat memberikan dampak yang berarti terhadap perlindungan individu dan komunitas,” kata Prof. Stephen Thomas. (*)

0 Komentar