Peristiwa Gerakan 30 September Versi Soebandrio

Peristiwa Gerakan 30 September Versi Soebandrio
Wakil Perdana Menteri Soebandrio (Wikimedia commons)
0 Komentar

SETELAH peristiwa G30S, mantan Wakil Perdana Menteri Indonesia dr. H. Soebandrio divonis hukuman mati oleh Mahkamah Militer Luar Biasa dengan dakwaan terlibat gerakan tersebut. Vonis sosok yang dianggap pendukung Soekarno ini lalu dikurangi jadi hukuman penjara seumur hidup, kemudian dibebaskan pada 1995 karena alasan kesehatan.

Sebelum meninggal pada 2004, Soebandrio menuliskan kesaksiannya terkait keberadaan Soeharto dan ucapannya dalam Kesaksianku tentang G30S.

Berdasarkan cerita Latief pada Soebandrio saat sama-sama dipenjara, Latief bertemu dengan Soeharto tepat tanggal 30 September 1965.

Baca Juga:Peristiwa Gerakan 30 September Versi Pak HartoKedai Es Krim Legendaris, Ragusa Es Italia Berdiri Sejak 1932

Malam itu, pukul 23.00 WIB di RSPAD Gatot Subroto, Soeharto menunggu anaknya, Hutomo Mandala Putera atau Tomy Soeharto, yang ketumpahan sup panas dan dirawat di sana.

Latief lalu menemui Soeharto untuk melaporkan bahwa akan ada penculikan para jenderal pada pukul 04.00 WIB, sekitar 5 jam dari waktu ia melapor. Menurut Latief, Soeharto saat itu tidak menanggapi.

Soebandrio menulis, sebenarnya yang akan melapor pada Soeharto saat itu ada tiga orang, yakni Latief, Brigjen Soepardjo, dan Letkol Untung. Sebelum menghadap Soeharto, Latief bertemu dengan Soepardjo dan Untung.

“Soepardjo dan Untung datang ke rumah saya malam itu (30 September 1965) pada pukul 21.00 WIB. Soepardjo sedang ada urusan, sedangkan Untung kurang berani bicara pada Soeharto,” kata Latief seperti dikutip Soebandrio.

“Soepardjo lantas mengatakan pada saya, ‘Sudahlah Tif (Latief), kamu saja yang menghadap. Katakan pada Pak Harto, kami sedang ada urusan,” imbuhnya.

Sebelum peristiwa G30S meletus, Latief dan Soeharto pernah mengadakan pertemuan penting. Latief melapor isu soal Dewan Jenderal yang ternyata sudah diketahui oleh Soeharto.

Pada waktu yang sama, Letkol Untung juga menemui Soeharto soal Dewan Jenderal yang akan melakukan kup. Berbeda dengan Latief, Untung sebagai salah satu komandan Pasukan Kawal Istana Cakra Bhirawa menambahkan, ia memiliki rencana mendahului gerakan Dewan Jenderal dengan menangkap mereka lebih dahulu.

Baca Juga:PBSI Klarifikasi Hubungan Herry IP-Kevin Sanjaya Masih TerkendaliBuka Suara Soal Rumor di PBSI Cipayung, Herry IP: Kevin Tak Mau Berlatih dengan Saya

“Apa jawab Soeharto? Bagus kalau kamu punya rencana begitu. Sikat saja, jangan ragu-ragu, kata Soeharto,” tulis Soebandrio merekam cerita yang didapatnya.

Bahkan, menurut catatan Soebandrio, Soeharto menawarkan bantuan pasukan pada Untung yang diterimanya dengan senang hati. Pasukan tersebut benar-benar dikirim beberapa hari sebelum 1 Oktober 1965 yang terdiri dari batalyon pasukan asal Semarang, Surabaya, dan Bandung. Meski pada akhirnya, Soeharto mengelak bahwa pasukan tersebut didatangkan untuk persiapan Hari ABRI 5 Oktober.

0 Komentar