Peristiwa Gerakan 30 September Versi Pak Harto

Peristiwa Gerakan 30 September Versi Pak Harto
Pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden Sukarno, diikuti Mayjen Soeharto mengumumkan Surat Perintah Sebelas Maret di Istana Bogor. (BERYL BERNAY/GETTY IMAGES)
0 Komentar

AADA sejumlah versi terkait yang sebenarnya terjadi pada malam Gerakan 30 September atau peristiwa G30S. Salah satu versi menyatakan bahwa Soeharto merupakan salah satu dalang di balik peristiwa ini.

Soeharto sendiri memberi pernyataan terkait keberadaan dirinya di malam G30S pada sejumlah wartawan internasional dan dalam buku. Salah satunya disampaikan di autobiografi Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya yang ia susun bersama G. Dwipayana dan Ramadhan K.H.

Soeharto menyatakan, pada tanggal 30 September 1965 sekitar pukul 9 malam, dirinya bersama istri berada di RSPAD Gatot Subroto. Ia menuturkan tengah menengok anaknya, Tomy (4), yang dirawat di RS karena tersiram air sup panas.

Baca Juga:Kedai Es Krim Legendaris, Ragusa Es Italia Berdiri Sejak 1932PBSI Klarifikasi Hubungan Herry IP-Kevin Sanjaya Masih Terkendali

“Kira-kira pukul sepuluh malam saya sempat menyaksikan Kolonel Latief berjalan di depan zaal tempat Tomy dirawat,” tulis Soeharto dalam bab Mengatasi “G.30.S/PKI”

Kolonel Latief yang dimaksud adalah Kolonel Abdul Latief, tentara yang menjadi saksi peristiwa G30S. Latief kelak dituduh terlibat dalam peristiwa G30S, ditangkap pada 2 Oktober 1965. Ia dipenjara pada 11 Oktober 1965, lalu dibebaskan pada 25 Maret 1999 setelah Soeharto lengser dari kursi Presiden.

Soeharto menuturkan, sekitar pukul 00.15 tengah malam ia lalu disuruh istri untuk cepat pulang ke rumah di Jalan Haji Agus Salim karena teringat Mamik, anak bungsunya yang baru berusia satu tahun. Ia pun meninggalkan Tomy, sementara istrinya tetap menunggui di rumah sakit.

Ia lalu berbaring dan bisa cepat tidur di rumah. Namun, tanggal 1 Oktober 1965 sekitar pukul 04.30, ia kedatangan Cameraman TVRI Hamid.

Soeharto mencatat, Hamid memberi memberi tahu bahwa terdengar tembakan di beberapa tempat. Soeharto mengaku belum berpikir panjang saat itu. Namun selang 30 menit, tetangganya, Mashuri, memberi tahu bahwa ia juga mendengar tembakan di beberapa tempat.

“Setengah jam kemudian datanglah Broto Kusmardjo, menyampaikan kabar yang mengagetkan, mengenai penculikan atas beberapa Pati Angkatan Darat,” tulis Soeharto. Ia pun bersiap dengan pakaian lapangan.

Soeharto menambahkan, pukul 06.00 pagi, Letkol Sadjiman, atas perintah Pak Umar Wirahadikusumah (Panglima Kodan V/Djayakarta ke-1) melaporkan, bahwa di sekitar Monas dan Istana banyak pasukan yang tidak dikenalnya.

0 Komentar