Penulis Konservatif AS: Ukraina Secara Historis adalah Bagian Imperium Pengaruh Rusia, Untuk Apa Amerika dan Inggris Ikut Campur?

Penulis Konservatif AS: Ukraina Secara Historis adalah Bagian Imperium Pengaruh Rusia, Untuk Apa Amerika dan Inggris Ikut Campur?
Prajurit Ukraina berbaris mengikuti parade militer untuk merayakan Hari Kemerdekaan ke-30 Ukraina di Kiev, Ukraina (24/8/2021). Ukraina merayakan hari kemerdekaannya dengan parade militer dan perayaan besar-besaran di ibukota Kiev. (AFP/ANATOLII STEPANOV)
0 Komentar

KETERLIBATAN Inggris dan Amerika Serikat dalam konflik Rusia-Ukraina mendapat kritik tajam dari penulis konservatif AS Ann Coulter.

Berbicara kepada penyiar Inggris Piers Morgan, Coulter berpendapat bahwa AS dan Inggris memiliki masalah mereka sendiri dan seharusnya tidak mencampuri urusan Ukraina, yang menurutnya secara historis berada di bawah pengaruh Rusia. Coulter juga menyalahkan perluasan aliansi NATO untuk konflik saat ini.

“Setelah Uni Soviet jatuh, tidak ada gunanya NATO, dan kami, melanggar batas…, terus melanggar batas,” kata Coulter mengacu pada ekspansi aliansi ke Eropa Timur sejak jatuhnya Uni Soviet, seperti dikutip dari AFP, Minggu (31/7).

Baca Juga:Statusnya Masih Saksi, Bharada E Ditarik ke Mako BrimobTimsus Polri Bakal Paparkan Pendalaman Soal Uji Balistik Penembakan Brigadir J

Morgan, seorang pendukung setia Ukraina yang baru-baru ini mewawancarai Presiden Ukraina Vladimir Zelensky dan istrinya Elena, berpendapat sebaliknya, mengklaim bahwa operasi militer Rusia di Ukraina membuktikan “untuk itulah NATO ada di sana.”

“Maaf, Ukraina secara historis adalah bagian dari imperium pengaruh Rusia,” balas Coulter.

“Saya tidak membela Putin… tapi mengapa orang Amerika harus peduli dengan ini? Kami memiliki masalah kami sendiri. Mengapa Inggris harus peduli dan ikut campur tentang ini?” ujarnya.

Ketimbang mengurusi Ukraina, Coulter mengatakan bahwa Inggris sebaiknya lebih fokus pada pengurangan imigrasi. Lagipula, kata Coulter, “Putin tidak menyerang Inggris.”

Coulter dikenal karena anti-intervensinya, dan memberikan dukungannya kepada Donald Trump pada tahun 2016 setelah dia bersumpah untuk mengakhiri “perang tanpa akhir” Amerika.

Kurang dari seminggu setelah pasukan Rusia memasuki Ukraina pada Februari, Coulter meminta Partai Republik untuk berhenti berbicara tentang Ukraina.

Mengklaim bahwa dukungan Inggris untuk Ukraina pada akhirnya berarti lebih banyak uang untuk kontraktor pertahanan AS, dia meminta partai untuk melakukan sesuatu tentang inflasi, imigrasi, kejahatan, dan rasisme anti-kulit putih di sekolah.

Baca Juga:Kubur Beras Bansos Presiden Jokowi, Begini Pengakuan JNEPolisi: Kemensos Tidak Tahu Ada Kerja Sama dengan JNE Ihwal Penyaluran Beras Bansos

“Partai Republik seharusnya berbicara tentang krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya di perbatasan kita, atau tentang orang asing ilegal yang mengangkut shabu dan fentanil ke negara kita, pencurian yang merajalela, pembajakan mobil, dan penyerangan yang menghancurkan lingkungan di negara kita,” tutup Coulter.

0 Komentar