Penuh Sesak Wajah Caleg di Pohon, Sampah Visualnya Berbahaya hingga Biaya Baliho Mahal dan Tak Pengaruhi Elektabilitas

Penuh Sesak Wajah Caleg di Pohon, Sampah Visualnya Berbahaya hingga Biaya Baliho Mahal dan Tak Pengaruhi Elektabilitas
Baliho dan spanduk terpasang di pohon dengan cara di paku menghiasi jalan Palabuhanratu - Cisolok, Sukabumi (Radar Sukabumi)
0 Komentar

Pemimpin Umum Caruban Nagari Institute, Tjandra Widyanta meminta kepada para politisi maupun parpol yang memasang baliho di kotanya untuk lebih disiplin. Ia menilai, sejumlah baliho yang tersebar keberadaannya tidak sesuai tempat dan cenderung ilegal.

“Hal itu diperparah dengan para penebar sampah visual iklan politik yang tidak mau mengurus izin pemasangan dan membayar pajak reklame,” ujar Tjandra, Senin (8/1).

“Mereka cenderung melakukan pelanggaran. Dengan seenak udelnya sendiri memasang iklan politik dan alat peraga kampanye dengan menjarah ruang publik maupun ruang terbuka hijau,” sambungnya.

Baca Juga:PNS 30 Tahun Lebih Alasan Hakim Ringankan Hukuman, Divonis 14 Tahun Penjara, Rafael Alun Trisambodo: Pikir-pikir Yang MuliaSudah Ada Media Sosial Mengapa Baliho Perlu? Saat Kampanye Hanya Jadi Sampah Visual

Lebih lanjut, pengamat politik dari IndoPol Watch Bondan W, mengatakan bahwa baliho-baliho politik sebenarnya hanya bikin masyarakat muak. Jika niat awal pasang baliho adalah untuk mencari simpati, maka menurutnya ini langkah yang keliru.

Masyarakat, kata Bondan, cenderung melihat banyaknya baliho ini seperti “perang antarpolitisi” alih-alih adu visi-misi. Dengan demikian, masyarakat cuma bakal merasa muak, terlebih jika gambar politisi itu tersebar begitu banyak dan tidak rapi.

“Pesan memang memaksa masuk, tapi persepsi yang terbentuk bisa negatif. Masyarakat muak, dan secara sadar memilih bersikap sebaliknya dari tujuan pesan,” tukasnya.

Badan Litbang Kompas merilis survei terkait respons masyarakat terhadap upaya kampanye politik untuk Pemilu 2024 di tengah pandemi Corona. Hasilnya, 68 persen menilai kampanye dengan baliho tidak mempengaruhi pilihan saat pemilu.

Survei ini dilakukan pada 18-20 Agustus 2021 terhadap 522 responden berusia minimal 17 di 34 provinsi Indonesia. Survei dilakukan dengan cara pengumpulan pendapat melalui panggilan telepon.

Sampel responden ditentukan secara acak dari responden panel Litbang Kompas sesuai dengan proporsi jumlah penduduk di tiap provinsi.

Litbang Kompas pun menyatakan akurasi survei berada pada angka 95 persen dengan margin of error kurang-lebih 4,29 persen. Tak hanya itu, penarikan sampel dilakukan secara acak sederhana.

Baca Juga:Adu Gagasan Dibarengi Ketegangan Antarcalon Presiden, Berikut Intisari Debat Pilpres ke-3Soroti Anies Baswedan, Media Inggris Bilangnya Begini

Survei ini menampilkan sejumlah pertanyaan berkaitan dengan kampanye di tengah pandemi Corona. Mulai dari waktu kampanye hingga baliho politisi partai politik. Jawaban dari pertanyaan tersebut menyimpulkan terkait pengaruh kampanye di tengah pandemi COVID-19.

Mengutip dua pertanyaan atas kelima pertanyaan survei Litbang Kompas, Litbang Kompas menyimpulkan pemasangan baliho politik tak mempengaruhi elektabilitas tokoh politik.

0 Komentar