Pengamat: Reshuffle Berbasis Menjawab Tantangan yang Dihadapi Negara atau Mengakomodir Kepentingan Politik?

Pengamat: Reshuffle Berbasis Menjawab Tantangan yang Dihadapi Negara atau Mengakomodir Kepentingan Politik?
Presiden Joko Widodo secara resmi melantik dua menteri dan tiga wakil menteri baru dalam reshuffle Kabinet Indonesia Maju.
0 Komentar

PENGAMAT Politik dan Intelijen Bondhan Wibisono menilai reshuffle kabinet bukan melulu soal perbaikan kinerja. Ia justru khawatir, apabila reshuffle kabinet ini justru diselubungi oleh niatan untuk kepentingan politik.

“Kita tanyakan dulu pada Presiden, apakah reshuffle ini berbasis untuk menjawab tantangan yang dihadapi negara, atau reshuffle ini hanya sekedar untuk mengakomodir kepentingan-kepentingan politik sesaat,” tanya Bondhan.

“Jika berbasis pada mengakomodir kepentingan politik sesaat, maka tidak ada gunanya reshuffle ini, tidak ada gunanya,” tegas dia kepada delik.news, Rabu (16/6).

Baca Juga:Usai Tandatangani Aturan Operasi Militer Non-perang, Xi Jinping Telepon Vladimir PutinAmnesty Internasional Desak India Akhiri Tindakan Kejam pada Pengunjuk Rasa Muslim

Bondhan mencoba menilik sosok para menteri baru terpilih yang baru saja dilantik itu. Menurutnya, keduanya tidak cukup mumpuni untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan dan segala tantangan yang sedang dihadapi Indonesia. “Jadi saya menduga ini hanya sekedar mengakomodir kepentingan politik sesaat,” ungkapnya.

Bondhan menjelaskan, jika keinginan Presiden merombak menteri-menterinya murni untuk menjawab tantangan yang dihadapi oleh negara maka yang yang seharus dirombak adalah menteri bidang ekonomi.

“Harusnya di bidang ekonomi, mulai dari Menko Perekonomian, Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian. Itukan berhubungan dengan bahan baku pokok masyarakat. Bahkan dari segi makro kebijakan makronya kalau perlu Menteri Keuangan yang direshuffle,” tuturnya.

Eropa sudah mengumumkan akan menghadapi resesi global, sedangkan Indonesia masih berkutat pada masalah minyak goreng yang belum juga selesai. Dalam sudut pandangnya, ketika negara lain yang mengalami krisis bahan baku ketika bukan sebagai produsen, maka hal tersebut dapat dianggap wajar.

“Nah Indonesia sebagai produsen terbesar anomalinya Indonesia sebagai produsen terbesar minyak goreng tapi kita mengalami krisis,” sindir Bondhan.

Karena itu, Bondhan menilai jika reshuffle benar-benar dilakukan karena untuk menyelesaikan masalah ekonomi yang terjadi di Indonesia yang berdampak pada masyarakat, maka seharusnya menteri yang berkaitan dengan ekonomi yang harus diganti. “Maka yang harus diganti adalah menteri yang berkaitan dengan ekonomi, itu wajib hukumnya,” kata dia.

Selain itu, terangnya, reshuffle itu harusnya ada target yang akan dicapai oleh menteri baru. Misalkan ada yang belum dicapai oleh menteri sebelumnya, maka dengan reshuffle ini ada target yang akan dicapai dan ini harusnya dijelaskan Presiden kepada masyarakat.

0 Komentar