Pengamat: Kegiatan Intelijen Asing di KTT G20 Adalah Hal yang Biasa, Tapi Indonesia Harus Tetap Waspada

Pengamat: Kegiatan Intelijen Asing di KTT G20 Adalah Hal yang Biasa, Tapi Indonesia Harus Tetap Waspada
Barisan bendera negara-negara yang akan mengikuti KTT G20 2022 akan berlangsung di Bali pada 15-16 November mendatang (Foto: G20)
0 Komentar

Pengamat Politik dan Intelijen dari Indonesian Political Watch, (IndoPol Watch) Bondhan W menilai, penunjukan Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20 (Group of Twenty) atau forum kerja sama multilateral 19 negara utama dan Uni Eropa, posisi Indonesia sebagai pemegang kepresidenan bergilir G20 pada tahun ini dianggap sebagai ujian untuk memperlihatkan sikap diplomasi negara. Sebab, anggota forum G20, yakni Amerika Serikat dan Rusia, tengah berseteru terkait konflik militer di Ukraina.

”Terpilihnya Indonesia menandakan torehan sejarah baru karena untuk pertama kalinya Indonesia memegang Presidensi G20 sejak forum G20 ini dibentuk pada 1999. Ini menjadi ujian bagi presidency Indonesia di G20,” ungkapnya melalui sambungan telepon, Kamis (10/11).

KTT G20 tahun ini merupakan ajang untuk memperlihatkan wujud politik luar negeri Indonesia terkait persoalan konflik Rusia dan Ukraina.

Baca Juga:Geledah di Kediaman Pemeran Wanita Kebaya Merah, Ada Kartu Kuning AH Jadi Pasien RSJ di SurabayaKerja Sama Dewan Pers-Polri, Perjanjian Perlindungan Kemerdekaan Pers

Bondhan mengatakan, pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam konflik Rusia-Ukraina adalah juga anggota G20. Mereka antara lain Rusia, Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Kanada, Inggris, Jepang, dan Turki. Sebagian anggota G20 juga adalah anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan sekutu AS, sedangkan sebagian kecilnya yaitu China dan India saat ini memberikan dukungan pada Rusia.

“Jadi ini situasi yang cukup menyulitkan bagi Indonesia. Sehingga, akan sulit terhindarkan dari pengaruh konflik Rusia-Ukraina ke dalam soliditas G20,” ujarnya.

G20 adalah forum yang beranggotakan 19 negara dengan skala ekonomi terbesar di dunia, ditambah dengan Uni Eropa. Dari Asia Tenggara sejatinya telah merepresentasikan 85% perekonomian global, 80% investasi global, 75% perdagangan internasional, dan 66% penduduk dunia.

Perihal keberadaan intelijen asing, Bondhan W mengatakan berkumpulnya intelijen dari seluruh negara adalah hal yang biasa terjadi. Sebab pertemuan KTT G20 ini sangat penting dan melibatkan banyak negara-negara besar.

Menurutnya, kegiatan mata-mata atau intelijen menjelang pertemuan antar negara adalah hal yang biasa terjadi. Sebab seluruh negara menginginkan perwakilannya yang hadir dalam acara itu aman.

“Artinya apa sih kegiatan mata-mata itu mengumpulkan rahasia negara tapi kalau mengumpulkan informasi terbuka, masa dilarang?,” katanya.

Bondhan mengingatkan meski kegiatan intelijen diperbolehkan jelang pertemuan penting banyak negara, namun Indonesia juga tetap waspada dan menyiapkan intelijennya. Hal ini untuk memastikan jika intelijen asing tersebut mengumpulkan informasi lainnya, khususnya rahasia negara.

0 Komentar