Pemilu 2024 Diatur Oligarki, 110 Triliun Buat Capres Boneka

Pemilu 2024 Diatur Oligarki, 110 Triliun Buat Capres Boneka
Arief Gunawan
0 Komentar

Tingginya tingkat buta huruf di masyarakat juga merupakan persoalan tersendiri.

Yang cukup melegakan dibolehkannya TNI/Polri untuk ikut memilih dan dipilih ternyata tak sampai mengundang konflik.

Selain itu tidak ada pula laporan bahwa kotak suaranya dibikin dari kardus dengan cara digembok dan anggota KPU-nya korupsi!

Apa sebab Pemilu 1955 dinilai berhasil?

Sebabnya karena animo masyarakat yang baru 10 tahun menghirup udara kemerdekaan terhadap demokrasi sedemikian tinggi.

Baca Juga:Relawan Ganjar Pranowo Ancam Golput Jika Ganjar Tidak Nyapres 2024Sosok Lin Che Wei dan Jaringannya Bukan Sembarangan, Bongkar Tuntas Mafia Sawit

Bagi para penyelenggara negara pada masa itu pemilu ini adalah perwujudan janji dari rencana semula yang akan dilaksanakan pada tahun 1946.

Pemilu 1955 adalah yang pertama dan terakhir di era Orde Lama karena Pemilu 1959 yang dijanjikan gagal dilaksanakan. Sukarno memberlakukan Dekrit, 5 Juli 1959, dan menjalani Demokrasi Terpimpin (sampai tahun 1965) dengan membubarkan semua hasil Pemilu 1955.

Bila Pemilu 1955 menyisakan bonae memoriae (ingatan baik), maka Pemilu 2019 mewarisi memoria passionis, yaitu ingatan buruk akibat peristiwa-peristiwa pahit, duka cita, dan lumuran darah di dalamnya, yang menyebabkan trauma berkepanjangan dalam diri bangsa ini. Karena petualangan kekuasaan dan kepentingan oligarki demi mempertahankan presiden boneka.

Trauma seperti ini tampaknya berpotensi terulang lagi pada Pemilu 2024 yang akan datang.

Anggaran sebesar Rp 110,4 triliun yang dicanangkan untuk pemilu yang mencakup pilpres dan pilkada serentak merupakan angka yang sangat fantastis di tengah ambruknya perekonomian nasional, maraknya korupsi, semakin dalamnya ketidakadilan, dan menurunnya indeks demokrasi di negeri ini.

Kwalitas pemimpin seperti apa yang akan didapat oleh mayoritas rakyat dari biaya pemilu yang melonjak sekitar 431 persen dari pemilu sebelumnya itu? Antara lain dengan tetap memakai kotak suara yang dibikin dari kardus yang digembok?

Presiden seperti apa yang akan dihasilkan ketika Mahkamah Konstitusi sampai hari ini masih mempertahankan presidential treshold 20 persen, yang menutup peluang bagi figur berintegritas, memiliki track record berupa prestasi, dan punya kemampuan problem solver, untuk memimpin negeri ini?

Baca Juga:Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo Capres 2024, Anies Baswedan Menguat di CirebonPolisi Terlibat Kasus Narkotika Bawa 200 Gram Sabu Sempat Coba Bunuh Diri

Jawabnya: yang akan muncul dari pemilu berbiaya fantastis seperti itu adalah pemimpin-pemimpin boneka dan presiden boneka, yang mengabdi kepada kepentingan oligarki dan bersujud ke Beijing. Persis seperti saat ini.

0 Komentar