Pemerintah Belanda Minta Maaf Atas Agresi Tahun 1945 hingga 1950, Mark Rutte Sebut “Lembaran Hitam dalam Sejarah Kita”

Pemerintah Belanda Minta Maaf Atas Agresi Tahun 1945 hingga 1950, Mark Rutte Sebut “Lembaran Hitam dalam Sejarah Kita"
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte meminta maaf kepada Indonesia atas penggunaan kekerasan oleh militer Belanda selama masa Perang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949 yang telah membuat banyak rakyat menderita. Setelah tinjauan sejarah menemukan Belanda menggunakan kekerasan yang berlebihan dan tidak etis dalam upaya merebut kendali bekas jajahan mereka setelah Perang Dunia Kedua.
0 Komentar

PEMERINTAH Belanda melalui Perdana Menteri Belanda Mark Rutte telah meminta maaf kepada Indonesia atas agresi yang dilakukan negaranya pada tahun 1945 hingga 1950.

Permintaan maaf itu disampaikan setelah ada penelitian yang menunjukkan tentara Belanda melakukan kekerasan ekstrem terhadap rakyat Indonesia pada periode tersebut.

Namun demikian, pimpinan MPR RI menilai permintaan maaf itu tidak cukup. Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menuntut setidaknya dua hal yang harus turut dipenuhi.

Baca Juga:Tanda Kartel MigorPesta Semalam Suntuk, Adriano Leite Riberio Bayar Rp250 Juta untuk 18 Pelacur

“Perlu ada kompensasi atas kerugian bangsa Indonesia dan terutama pengakuan resmi atas kemerdekaan NKRI pada 17 Agustus 1945,” tegasnya lewat akun Twitter pribadi, Jumat (18/2).

Selama ini, pemerintah Belanda mengakui kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 27 Agustus 1949. Di mana kemerdekaan tersebut ditandai dengan penyerahan kedaulatan yang ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam.

PM Mark Rutte meminta maaf dan menyebut periode sejarah 1945 hingga 1950 di Indonesia sebagai “lembaran hitam dalam sejarah kita” dan “babak menyakitkan dalam sejarah kita”.

“Permintaan maaf yang mendalam atas nama pemerintah Belanda kepada rakyat Indonesia hari ini,” kata Rutte seperti dilansir dari situs resmi Pemerintahan Nasional Belanda (De Rijksoverheid. Voor Nederland), Kamis (17/2).  (*)

0 Komentar