Pembunuhan Raja Arab Saudi Faisal bin Abdulazis Al Saud

Pangeran Faisal bin Mussaid dan kekasihnya Christine Surma. Foto/historystack.com
Pangeran Faisal bin Mussaid dan kekasihnya Christine Surma. Foto/historystack.com
0 Komentar

Raja Faisal marah besar. Ia tak memedulikan segala intimidasi dan menyerukan perang ekonomi dengan AS, yakni dengan cara mengembargo ekspor minyak Arab Saudi ke AS. Sikap tegas ini tak ditanggapi dengan semarak oleh negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (N.A.T.O) yang mendukung AS. Mereka khawatir kena embargo juga. Dampak dari embargo itu tak main-main. Sektor industri dan transportasi AS lumpuh dan perekonomiannya kacau hingga memicu krisis berkepanjangan.

Selain diingat sebagai pemberani, Raja Faisal juga dikenal sebagai seorang reformis yang membawa banyak perubahan bagi rakyat Arab Saudi. Ia memodernisasi negaranya dengan banyak kebijakan baru yang tak pernah dikeluarkan raja sebelumnya. Salah satunya adalah menggalakkan program penghapusan budak dengan cara membeli seluruh budak di Arab Saudi memakai uang pribadinya. Sejak saat itu perbudakan dilarang di Arab Saudi.

Raja Faisal juga melakukan penyederhanaan gaya hidup keluarga kerajaan dan melakukan penghematan kas kerajaan dengan menarik 500 mobil mewah Cadillac milik istana. Dana dari hasil program itu, salah satunya, dialihkan untuk pembangunan sumur-sumur raksasa hingga sedalam 1.200 meter sebagai tambahan sumber air rakyat untuk dialirkan pada lahan-lahan tandus di semenanjung Arab.

Baca Juga:Analisa Pengamat Transportasi: Kecelakaan Tol Japek KM58 Belum Tentu Penerapan ContraflowKoalisi Masyarakat Sipil Adukan Presiden Jokowi ke Ombudsman Terkait Dugaan Maladministrasi Pilpres 2024

Ada banyak lagi kebijakan berbasis reformasi dan modernisasi yang mengubah wajah Arab Saudi dan menjadi fondasi yang diletakkan serta diteruskan hingga Raja Salman yang kini berkuasa. Barangkali kecuali satu hal: sikap berani menentang agresi militer Israel plus negara adidaya di belakangnya. (*)

0 Komentar