PBNU-Muhammadiyah Sambut Positif Imbauan Kemenag Soal Penggunaan Pengeras Suara di Masjid Selama Ramadan

PBNU-Muhammadiyah Sambut Positif Imbauan Kemenag Soal Penggunaan Pengeras Suara di Masjid Selama Ramadan
Toa Masjid
0 Komentar

“Yang penting tidak mengganggu ketertiban dan saling menghormati dan tetap dalam koridor kepatutan masyarakat setempat,” pungkasnya.

PP Muhammadiyah Apresiasi

Sementara itu PP Muhammadiyah menilai imbauan Menag itu bisa dipahami. PP Muhammadiyah mengapresiasinya.

“Pernyataan Menteri Agama, tentang pengeras suara tadarus dan tarawih sangat bisa dipahami dan diapresiasi. Syiar Ramadan tidak bisa diukur dari sound yang keras, tapi dari kekhususan ibadah yang ikhlas,” kata Sekretaris Umum PP Muhammmadiyah, Abdul Mu’ti, kepada wartawan, Senin (11/3/2024).

Baca Juga:Pilihan Resep Menu Sahur: Nasi Goreng Pattaya Udang hinggga Tahu Cabai GaramMasjid Istiqlal Gelar Iktikaf 10 Hari Terakhir Ramadan, Ada 2 Cara Pelaksanaan Bagi Masyarakat

Di lain sisi, Mu’ti menilai penerapan edaran ini juga perlu mempertimbangkan situasi di suatu tempat dan menerapkan batasan waktu. Dia juga berharap edaran ini dikomunikasikan dengan ormas Islam.

“Meskipun demikian, tetap perlu mempertimbangkan kearifan lokal dan toleransi dalam batas waktu tertentu. Akan lebih bagus, jika imbauan menteri agama itu dikomunikasikan dengan ormas Islam sehingga berjalan lebih efektif,” katanya.

Lalu bagaimanakah penggunaan pengeras suara di masjid milik Muhammadiyah? Ini penjelasan Mu’ti.

“Di masjid Muhammadiyah sudah sejak awal tidak ada tarawih dan tadarus dengan speaker luar,” katanya.

DMI Minta SE Menag Tak Disalahpahami

Dewan Masjid Indonesia (DMI) meminta agar imbauan Menteri Agama (Menag) Yakut Cholil Qoumas soal penggunaan pengeras suara dalam masjid ketika tadarus dan tarawih tidak disalahpahami. Menurutnya, imbauan itu bukan berarti untuk membatasi.

“Saya kira yang dimaksud lebih sebagai untuk mempertahankan kesyahduan dalam terutama kehidupan perkotaan yang sangat heterogen dalam perspektif keyakinan keagamaan dan juga karena pola kehidupan sosial ekonomi yang teknokratis dengan periode jam kerja dan kualitas waktu istirahat,” kata Sekjen DMI Imam Addaruqutni kepada wartawan, Senin (11/3).

Imam berharap masyarakat tidak salah paham dengan imbauan ini. Menurutnya, imbauan itu tidak termasuk untuk masjid di perkampungan.

Baca Juga:Komisi Investigasi Kecelakaan Transportasi Selandia Baru Sita Kotak Hitam LATAM AirlinesKemhan Rusia: Pesawat Kargo Militer Ilyushin Il-76 Jatuh, Kebakaran Mesin Saat Lepas Landas

“Jadi ini mungkin tidak harus disalahpahami sebagai pembatasan-pembatasan dalam arti negatif oleh karena syiar dakwah dan syiar Ramadan sendiri sudah sangat dirasakan sejak masuknya Ramadan. Imbauan ini saya kira tidak/belum termasuk masjid-masjid di pelosok-pelosok kampung negeri ini,” tutur dia.

Mengenai penggunaan speaker dalam masjid untuk tarawih dan tadarus ini, DMI juga telah memberikan imbauan. Hal itu sudah dilakukan sejak tahun lalu.

0 Komentar