Paus Fransiskus Dijadwalkan Berkunjung ke Indonesia, Bertemu Jokowi hingga Pemimpin Lintas Agama di Istiqlal

Paus Fransiskus. (Foto: Daniel Ibanez dari CNA)
Paus Fransiskus. (Foto: Daniel Ibanez dari CNA)
0 Komentar

PEMIMPIN gereja katolik dunia, Paus Fransiskus dijadwalkan akan berkunjung ke Indonesia pada 3-6 September 2024. Selain bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Paus juga akan bertemu pemimpin lintas agama di Masjid Istiqlal.

“Setibanya di Bandara Soekarno-Hatta pada 3 September sore, Paus Fransiskus akan beristirahat sebelum besoknya melakukan sejumlah agenda di Jakarta,” kata juru bicara panitia kunjungan Paus Fransiskus, Rm Thomas Ulun Ismoyo, dalam dialog bertema “Kunjungan Paus Fransiskus Simbol Persahabatan Lintas Agama”, secara virtual di Jakarta, Senin (26/8/2024).

Pria yang akrab dipsa romo Ulun ini mengatakan pada 4 September pagi, Paus Fransiskus diagendakan bertemu Jokowi di Istana Negara, dilanjutkan dengan pertemuan pribadi dengan para imam Serikat Yesus di Gereja Katedral Jakarta dan menemui kelompok pemuda para religius di tempat yang sama.

Baca Juga:Rapat Pengesahan PKPUI Pilkada 2024 Dipercepat, Komisi II DPR: Percepatan Dilakukan agar Tak Ada PrasangkaPusat Pencegahan dan Pengendalian Penyebaran Penyakit di Eropa Ingatkan Warga Waspada Risiko Virus Mpox

Paus Fransiskus juga akan bertemu para pemimpin lintas agama di Masjid Istiqlal. “Pertemuan ini memiliki peran penting karena menjadi simbol persatuan dan toleransi antar umat beragama di Indonesia,” kata dia.

Romo Ulun menambahkan, dari Masjid Istiqlal, Paus Fransiskus akan melanjutkan agendanya, memimpin Misa Kudus di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) dan Stadion Madya, Senayan, yang diperkirakan akan dihadiri oleh sekitar 86.000 umat Katolik. “Paus akan menyapa serta menyampaikan kasih Allah kepada seluruh umat yang hadir,” ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama, imam besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar menyambut baik kunjungan pemuka agama Katolik dunia ini. Menurutnya, Masjid Istiqlal yang letaknya berseberangan dengan Gereja Katedral Jakarta, merupakan simbol kerukunan yang nyata. Dua bangunan keagamaan terbesar ini berdiri berdampingan, bahkan dihubungkan dengan terowongan silaturahmi yang menjadi simbol toleransi antaragama.

“Istiqlal dan Katedral tidak hanya simbol toleransi Islam dan Katolik, tetapi juga agama lain, karena sesungguhnya secara reguler di Istiqlal maupun Katedral kita sering melakukan dialog antar agama,” ujar dia.

Menurutnya, sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki tanggung jawab besar untuk menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang damai dan menghormati perbedaan. (*)

0 Komentar