Pantura: Jalur Favorit Pemudik, Jalur Diplomasi Belanda dan Mataram Islam

Pantura: Jalur Favorit Pemudik, Jalur Diplomasi Belanda dan Mataram Islam
Kendaraan pemudik yang melintas di Jalur Pantura Kota Tegal masih didominasi sepeda motor. (Foto: Setyadi)
0 Komentar

Hal yang pasti kekejaman dalam sistem kerja paksa ini menyebabkan pekerja tak sanggup bertahan hingga akhirnya meninggal dunia. Pramoedya Ananta Toer menyebutkan pembangunan jalan Anyer-Panarukan sebagai sebuah genosida.

“Hanya dalam waktu dua sampai tiga tahun pembangunan, jalan ini memakan korban hingga 12.000 jiwa.”

Dampak yang ditimbulkan oleh proyek monumental Daendels tersebut pada awalnya hanya dapat dinikmati kelompok tertentu, antara lain kereta kuda pos milik pemerintah dan kereta kuda milik kaum bangsawan pribumi.

Baca Juga:Mudik: Ada Sebelum Masa Majapahit, Terkikis di Masa Islam ke Tanah Jawa, Kembali Trend di Era 1970AS Melatih Warga Ukraina di Bekas Pangkalan Nazi Wehrmacht

Namun, setelah dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) No.4 tertanggal 19 Agustus 1857, pedati milik rakyat diperbolehkan mengakses jalan raya tersebut. Sebelum SK itu keluar, rakyat biasa melewati jalan rusak yang ada di sisi Jalan Raya Pos.

Selain itu sebelum pembangunan Jalan Raya Pos, perjalanan dari Batavia sampai Surabaya pada musim kemarau ditempuh kurang lebih selama satu bulan. Akan tetapi, setelah jalan raya ini dibangun, perjalanan bisa ditempuh hanya 10 hari.

Dengan pembangunan jalur yang sekarang menjadi jalan nasional pun sangat membantu dalam mobilitas sosial dalam masyarakat. Karena adanya jalur ini, wilayah pedalaman pun bisa terhubungkan.

Geliat aktivitas dan perekonomian di Jalur Pantura terus berjalan hingga media 2000 an. Kendati sejak medio 1800 an, mendapatkan saingan berat yakni kereta api yang mulai dibangun di wilayah Jawa Tengah.

Pada 1930 an, migrasi penduduk di Pulau Jawa tidak terelakan. Kondisi inilah yang membuat selama kurun waktu 50 tahun, perkembangan Pantura semakin pesat sampai akhirnya terlihat pada tahun 1980.

Tidak ada yang mengetahui secara pasti, kapan kemunculan istilah ‘Pantura’ untuk menamai jalan nasional ini. Tetapi menurut Endah, istilah ini baru muncul dalam wacana media massa pada penghujung tahun 1980 .

‘Pantura’ kemudian kerap ditampilkan dalam pemberitaan koran Kedaulatan Rakyat, Kompas, dan Suara Pembaruan yang merujuknya sebagai kawasan Pantai Utara Jawa dengan segala aktivitas perekonomian di pesisirnya.

Baca Juga:Pernyataan Kremlin Terkait Situasi Pabrik AzovstalDelegasi Hamas Berkunjung ke Moskow, Pertemuan dengan Ramzan Kadyrov dan Sergei Lavrov

Memang sejak 80 an, orientasi ekonomi Pulau Jawa berubah dari tanaman perkebunan menjadi tanaman pangan dan industrialisasi di pesisir pantai utara Jawa. Sudah tidak ada lagi bunyi gerobak kuda yang mengantar surat seperti fungsi awal jalan ini dibuat.

0 Komentar