Napak Tilas Jalur Rempah Cirebon

delik rempah Lie ce kuang di jalan Winaon 28 Kota Cirebon
delik rempah Lie ce kuang di jalan Winaon 28 Kota Cirebon
0 Komentar

Bersama kapulaga dan jahe, kunir termasuk dalam komoditas yang dipajaki guna mengisi kas VOC (Stockdale, 2017: 430). Selain digunakan untuk memasak atau sebagai komoditas di pasar, kunir juga dipakai untuk kepentingan upacara tradisi. 

Berikutnya, Karangasem di Kecamatan Karangwareng. Nama Karangasem berasal dari kata karang (dari “pekarangan”) dan asem. Kawasan ini dulunya merupakan pekarangan yang ditumbuhi pohon asam. Pohon asem atau asam (Tamarindus indica) tercatat sebagai jenis rempah-rempah meski tidak sepopuler lada dan cengkeh (Satiadiredja, 1950: 138).  

Lalu Jetis, yang menjadi identitas kampung di Kecamatan Talun, masih berhubungan dengan  rempah-rempah. Kamus Bausastra Jawa susunan Poerwadarminta menyebut jethis sinonim  dengan siyung sebagai untu lancip (antarane bam karo untu ngarêp); irah-irahan (perangan) ing bawang. Darinya, kita bisa menafsirkan bahwa daerah tersebut di masa lampau ditumbuhi bawang. 

Baca Juga:Kebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 LudesBPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan Nilainya

Tanaman bawang atau bawang putih (Allium sativum) sudah lama digunakan untuk urusan  dapur dan pengobatan tradisional. Cirebon sendiri terkenal sebagai sentra produsen bawang hingga kini.

Bawang putih juga digunakan sebagai bahan jamu atau pengobatan tradisional. Seperti mengobati sakit gigi, dimakan mentah menurunkan tekanan darah tinggi, pembuatan pupuk tapal untuk bayi, obat sakit perut (masuk angin), campuran minyak urut untuk keseleo, dan lainnya. Bawang putih juga dipercaya menangkal gangguan roh jahat.

Bawang dibungkus bersama jarum atau peniti dibawa ibu hamil atau ditaruh dekat tempat tidurnya bayi. Dari aneka fungsi bawang bagi penduduk Cirebon dan dijumpai tanaman bawang putih yang berkualitas, toponim Jetis menjadi fakta hubungan sejarah yang sulit dibantah berkaitan rempah-rempah. 

Rempah-rempah juga disebut dalam interaksi dengan Cina. Uka Tjandrasasmita (dalam Zuhdi  (ed.) 1996: 201) menyebut bahwa: 

Dalam Carita Purwaka Caruban Nagari diceritakan bahwa pada waktu itu, Muhara Jati didatangi kapal-kapal dari Cina di bawah pimpinan panglimanya yang bernama Wai Ping dan laksamananya Te Ho dengan pengikutnya yang tidak terbilang banyaknya. Mereka singgah di Pasambangan dalam perjalanannya ke Majapahit. Pada waktu itu, mereka mendirikan mercusuar di atas Bukit Amparan Jati. Mereka dijamu oleh Ki Gedeng Jumajan Jati selama tujuh hari tujuh malam dan mercusuar yang telah selesai diberi imbalan oleh Juru Labuhan dukuh Pasambangan dengan garam, terasi, beras tumbuk, rempah-rempah, serta kayu jati.” 

0 Komentar