Napak Tilas Jalur Rempah Cirebon

delik rempah Lie ce kuang di jalan Winaon 28 Kota Cirebon
delik rempah Lie ce kuang di jalan Winaon 28 Kota Cirebon
0 Komentar

Pada tanggal 19 Desember 1633, diberitakan adanya kapal-kapal yang datang dari Cirebon ke Batavia membawa rempah-rempah asam, gula, dan beras. Dari Dagh-Register 5 Januari 1682, disebutkan pula penyerahan keuntungan penjualan rempah-rempah lada, beras, gula, minyak kelapa dari Cirebon ke Batavia (Tjandrasasmita dalam Zuhdi (ed.) 1996: 208-210).  

Hal ini membuktikan bahwa rempah-rempah tidak hanya bersumber dari Indonesia bagian timur, tapi Cirebon (juga Lampung dan Banten) merupakan penghasil lada yang penting di Nusantara.

Peran penting Cirebon juga disebut oleh Thomas Stamford Raffles dalam The History of Java: “Tidak ada kapal-kapal yang dapat melewati Malaka menuju Siak, kecuali yang diberikan izin oleh VOC satu tahun sekali pada tiga kapal dari Batavia, dua dari pantai Jawa, dan satu dari Cheribon.”

Baca Juga:Kebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 LudesBPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan Nilainya

Dengan potensi yang dimilikinya, VOC kemudian menguasai Cirebon melalui perjanjian 7  Januari 1681 dengan memonopoli impor pakaian, kapas, opium, dan monopoli ekspor rempah-rempah, seperti lada, kopi, serta kayu, gula, beras, dan produk lain tanpa pajak. (Sulistiyono dalam Zuhdi (ed.), 1996: 121). 

Cirebon menjadi pusat “emas” Nusantara. Itu sebabnya pelabuhan Cirebon sempat diberi nama Pelabuhan Tanjung Mas oleh VOC. Sudjana (dalam Zuhdi (ed.), 1996: 190) catatan pemerintah Hindia Belanda dal van cheribon dan Gedeng Book van cheribon yang diterbitkan pada pendirian Bergemister van cheribon menyebut penamaan ini diberikan karena Cirebon mampu mengeluarkan produk rempah-rempah, kopi, dan gula pasir yang melimpah di pasar Eropa dengan kualitas baik.

Cirebon menjadi pelabuhan utama yang mampu memberikan keuntungan besar bagi pemerintah Hindia Belanda untuk di Pulau Jawa, sesudah itu Surabaya dan baru Batavia. 

Tidak hanya sebagai memori kolektif mengenai hasil alamnya, jejak rempah-rempah juga terdapat di toponimi kota. Penggunaan rempah-rempah dalam kehidupan masyarakat Cirebon sejak dulu membuktikan di balik nama suatu daerah, ada sejarah tentang pengetahuan lokal yang tersirat. 

Seperti Kebon Kunir, fakta sejarah menyebut perkampungan di kawasan Kedung Jaya,  Kedawung, ini memiliki pertalian historis dengan kunir. Sebagai jenis rempah-rempah, kunir atau  kunyit (Curcuma longa) dalam dunia perdagangan masa lalu juga dibawa ke Belanda.

0 Komentar