Mudik: Ada Sebelum Masa Majapahit, Terkikis di Masa Islam ke Tanah Jawa, Kembali Trend di Era 1970

Mudik: Ada Sebelum Masa Majapahit, Terkikis di Masa Islam ke Tanah Jawa, Kembali Trend di Era 1970
Suasana Terminal Pulo Gadung Tahun 80an Saat Mudik Lebaran (Arsip Kompas)
0 Komentar

SAAT ini masyarakat Muslim Indonesia melakukan kegiatan mudik. Hal ini berarti mereka kembali ke kampung halaman untuk bertemu keluarga besarnya.

Lalu pertanyaannya, apakah mudik murni budaya Indonesia? Jika termasuk budaya Indonesia, kapan mudik mulai dilakukan warga Indonesia? Untuk menjawab ini, H. Abdul Hamid Arribathi dan Qurotul Aini secara mendalam membahas hal tersebut dalam artikel jurnal berjudul “Mudik dalam Perspektif Budaya dan Agama (Kajian Realistis Perilaku Sumber Daya Manusia)”.

Menurut kedua peneliti, tradisi mudik sebenarnya tidak ada dalam ajaran Islam. Selesai melaksanakan puasa selama Ramadhan, umat Muslim hanya diperintahakan mengeluarkan zakat fitrah dan melaksanakan salat Id Fitri. “Lalu dilarang berpuasa pada hari satu Syawal,” kata Abdul Hamid Arribathi dan Qurotul Aini dalam jurnal yang diterbitkan pada 2018 lalu ini.

Baca Juga:AS Melatih Warga Ukraina di Bekas Pangkalan Nazi WehrmachtPernyataan Kremlin Terkait Situasi Pabrik Azovstal

Berdasarkan pandangan Umar Kayam (2002), mudik awalnya hanya tradisi primordial masyarakat petani Jawa. Tradisi ini sudah dilaksanakan sebelum masa kerajaan Majapahit. Semula, tradisi ini hanya berupa kegiatan bersih-bersih di makam leluhur dengan disertai doa bersama.

Pada masa tersebut, tradisi mudik hanya ditunjukkan untuk memberi keselamatan dalam mencari rezeki. Lalu juga dimaksudkan agar keluarga yang ditinggalkan tidak diselimuti masalah.

Namun dengan masuknya ajaran Islam ke tanah Jawa, tradisi itu pun mulai terkikis karena dianggap perbuatan syirik. Hal ini terutama bagi masyarakat yang menyalahgunakan tradisi tersebut. Salah satunya dengan meminta kepada leluhur yang telah meninggal dunia.

Seorang perempuan terlihat di Stasiun Gambir sedang menerobos celah jendela kereta api demi bisa mudik lebaran | Foto : twitter.com/potretlawas

Menurut Abdul Hamid Arribathi dan Qurotul Aini, istilah mudik mulai mengemuka kembali pada era 1970-an. Ketika itu, Jakarta termasuk satu-satunya kota besar di Indonesia. Dengan kata lain, banyak orang yang mengadu nasib untuk mendapatkan pekerjaan lebih baik di Jakarta.

Para pekerja di Jakarta saat itu akan mendapatkan libur panjang. Momen libur ini biasanya akan diberikan pada hari-hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri. “Jadilah momen lebaran ini digunakan untuk mudik atau pulang kampung dan bersilaturahmi dengan keluarga, juga mereka selalu menyempatkan diri untuk ziarah dan membersihkan kuburan leluhur,” jelasnya.

0 Komentar