Menyingkap Wiranto Dan Kasus Referendum TimTim 1999

Menyingkap Wiranto Dan Kasus Referendum TimTim 1999
0 Komentar

Keempat, sekiranya keadaan terus memburuk bukan saja jumlah korban jiwa akan bertambah, melainkan juga berpotensi menimbulkan gangguan berat yang tidak dapat ditebus dalam hubungan dengan negara-negara lain termasuk Amerika Serikat.

Laksamana Blair juga menyampaikan kepada Jenderal Wiranto bahwa koalisi negara-negara yang prihatin siap untuk menugaskan pasukan multinasional ke TimTim; pasukan seperti ini akan bertugas memantapkan keadaan sampai MPR bersidang untuk mengukuhkan hasil referendum (di TimTim) dan pengaturan baru dibuat bersama PBB.

Seluruh dunia, kata Laksamana Blair, memantau tragedi yang terus tersingkap ini dan kecaman pedas terhadap Indonesia terus memuncak. Kesempatan bagi Indonesia untuk menyelamatkan hubungannya dengan negara-negara lain di dunia kini dengan pesat menyusut. Begitu disampaikan oleh Laksamana Blair dalam pertemuan  selama 40 menit dengan Jenderal Wiranto itu.

Baca Juga:Tas Dilempar Depan Hotel, Isinya…Terkait Barracuda Tabrak Mahasiswa, Polisi: Tidak Ada Unsur Kesengajaan

Beberapa hari kemudian Indonesia mengizinkan pasukan pemelihara perdamaian mancanegara masuk ke TimTim. Indonesia mencoba mencegat agar kontingen Australia tidak diikutsertakan, namun gagal. Akhirnya malahan pasukan tersebut dipimpin oleh perwira tinggi Australia Letjen Peter Cosgrove yang kemudian menjadi Gubernur Jenderal Australia.

Seluruh dunia, kata Laksamana Blair, memantau tragedi yang terus tersingkap ini dan kecaman pedas terhadap Indonesia terus memuncak. Kesempatan bagi Indonesia untuk menyelamatkan hubungannya dengan negara-negara lain di dunia kini dengan pesat menyusut. Begitu disampaikan oleh Laksamana Blair dalam pertemuan  selama 40 menit dengan Jenderal Wiranto itu.

Beberapa hari kemudian Indonesia mengizinkan pasukan pemelihara perdamaian mancanegara masuk ke TimTim. Indonesia mencoba mencegat agar kontingen Australia tidak diikutsertakan, namun gagal. Akhirnya malahan pasukan tersebut dipimpin oleh perwira tinggi Australia Letjen Peter Cosgrove yang kemudian menjadi Gubernur Jenderal Australia.

Dikatakannya “dukungan TNI terhadap kelompok milisi sudah jelas sejelasnya terlihat dan ini sama sekali tidak dapat diterima”.

“Kelompok milisi harus dilucuti senjatanya. Pengungsi di Timor (Barat) harus diizinkan mudik dengan aman. Pasukan Interfet tidak boleh diganggu dalam melaksanakan tugasnya. Tanpa semua ini, maka kami (Amerika) tidak akan dapat mempertimbangkan pemulihan hubungan normal (dengan Indonesia)”.

Juga ada tuntutan dari pihak Amerika agar penanganan terhadap mereka yang telah melakukan kebuasan harus secara akuntabel dan transparan.

0 Komentar