Mengurai Mitos-mitos Mengerikan Tata Niaga Tembakau

Mengurai Mitos-mitos Mengerikan Tata Niaga Tembakau
Foto: ThinkWay
0 Komentar

Namun, hal utama yang mesti diketahui, meskipun didominasi oleh beberapa pabrik rokok kretek besar, pasar tembakau tak sesepi itu. Pada kenyataannya apa yang terjadi di lapangan adalah sebuah pasar yang semarak. Hal ini disebabkan setiap pabrikan memiliki pedagang-pedagang perantara dalam jumlah yang sangat besar. Dalam satu sentra tembakau saja, masing-masing pabrik bisa diwakili oleh ratusan hingga ribuan pedagang perantara. Hal ini menyebabkan dalam tata niaga tembakau, sistem yang tampak terlalu ramping di atas itu menggelembung di bagian tengah.

Karena setiap pedagang perantara itu mesti memenuhi target untuk disetorkan ke pabrik, para pedagang perantara ini berlomba-lomba mengumpulkan barang sebanyak-banyaknya dan dengan mutu sebaik-baiknya dari petani. Di sinilah persaingan antarpedagang terjadi lebih semarak dan kadang keras. Petani, baik langsung maupun tidak langsung, akan diuntungkan dengan persaingan di level pedagang perantara ini. Dengan lebih banyak penawar, petani tembakau bisa menaikkan posisi tawarnya.

Petani sebagai Idola

Sebuah lembaga yang bernaung di bawah ormas Islam besar menyatakan tata niaga petani tembakau jauh lebih mencekik petani dibanding dengan RPP Pengendalian Dampak Tembakau. Menurut mereka, sistem tata niaga yang ada saat ini menempatkan petani tembakau sebagai korban dari jaringan mafia tembakau dimana petani tidak mempunyai posisi tawar terhadap hasil panen tembakaunya. Lebih jauh disebutkan, harga tembakau di petani merupakan harga sisa setelah diambil untung oleh para tengkulak, pedagang dan pengepul. Pernyataan-pernyataan minor macam ini adalah pernyataan yang sangat tipikal dari para penyerang tembakau.

Baca Juga:Pengamat: Jokowi Buka Kedok Elit Parpol Pemburu JabatanCuitan Fahri Hamzah Soal Tudingan Din Syamsuddin Biayai Teroris Permainan Orang Sakit

Meskipun posisi petani bukannya tanpa masalah dalam tata niaga tembakau, dramatisasi terpinggirkannya petani jelas sangat tendensius. Mereka cenderung membuat kesimpulan terlebih dahulu untuk kemudian mencari pembenaran dengan fakta-fakta yang dipilih. Yang terjadi sebenarnya, dibandingkan dengan kebanyakan petani pada tata niaga jenis komoditas lain, petani tembakau justru lebih memiliki posisi tawar.Ada dua sebab yang membuat petani tembakau memiliki posisi tawar lebih baik di hadapan pedagang.

Pertama, tembakau adalah jenis fancy product, dimana harganya ditentukan oleh mutunya. Jika tembakau petani tembakau bermutu baik, apalagi sangat baik (misalnya dengan kualitas srinthil), petani akan menjadi idola dalam semusim. Bila srinthil muncul, ibaratnya dalam kondisi baru petik saja penawaran akan langsung datang. Pedagang yang jumlahnya banyak dan masing-masing ingin mendapatkan tembakau terbaik akan mengantri guna mendapatkan tembakau terbaik dari petani. Dan dalam kondisi ini, petani bisa menjatuhkan pilihan pada pedagang dengan penawaran terbaik. Untuk tembakau dengan kualitas srinthil, yang datang ke petani bukan hanya pedagang perantara namun langsung dari perwakilan pabrik.

0 Komentar