Mengungkap Kepala Naga di Sunda Kelapa

Mengungkap Kepala Naga di Sunda Kelapa
Ilustrasi mal PIK Avenue di Jakarta Utara(Shutterstock/Okim Komariah Dahlan)
0 Komentar

DALAM fengshui, topografi dan lingkungan di kawasan yang mendapatkan julukan Kepala Naga diyakini dapat mengumpulkan energi keberuntungan. Pelaku usaha di daerah tersebut dapat memperoleh berbagai manfaat dari akumulasi energi positif, seperti membantu menarik pelanggan, meningkatkan kinerja, dan mewujudkan peluang bisnis.

Beberapa orang juga meyakini bahwa topografi berbentuk Kepala Naga, seperti gunung, bukit atau sungai, juga merupakan situs fengshui dengan sumber air yang melimpah, tanah yang subur, dan lingkungan yang menyenangkan untuk dihuni.

Analis Geomansi dan Grafik Keberuntungan, Xiang Yi mengatakan bahwa naga adalah cakra geografis, yang terbagi menjadi bagian kepala, punggung, badan, ekor dan sebagainya. Untuk mengetahui apakah suatu tempat merupakan daerah kepala naga atau bukan, harus datang langsung ke tempat tersebut dan melakukan pengukuran dengan kompas fengshui (luo pan).

Baca Juga:Mimpi Jawa Barat Kepala Naga di KertajatiDeep State dan Pemerintahan Bayangan Kuasai Dunia?

Dalam budaya tradisional Tiongkok, fengshui dianggap sebagai aliran energi yang dapat mempengaruhi nasib dan lingkungan seseorang. Fengshui yang baik dianggap dapat membawa kemakmuran, kesehatan, serta keberuntungan.

Oleh karena itu, pada umumnya orang Tionghoa memilih untuk menetap atau berbisnis di daerah dengan fengshui yang baik demi keberuntungan dan kesuksesan. Naga memiliki posisi istimewa di hati orang Tionghoa, karena dianggap sebagai manifestasi keberuntungan. Sehingga daerah yang paling makmur dan berkembang sering disebut sebagai daerah Kepala Naga.

Filosofi ini juga yang membuat banyak masyarakat Tionghoa memilih tinggal di daerah utara dan barat Jakarta seperti daerah Pluit dan Pantai Indah Kapuk.

Kepala naga menjadi mitos di kawasan tersebut yang berada dekat dengan muara, kemudian badannya di tengah dan kakinya di selatan. Hasil dari FengShui mengatakan bahwa kepala cocok untuk bisnis, badan dan ekor cocok untuk dijadikan tempat tinggal.

Untuk diketahui, PT Summarecon Agung Tbk yang berbasis di Kelapa Gading, Jakarta Utara, yang dipercaya sebagai wilayah “kepala naga”, tercatat punya cadangan lahan atau land bank seluas 2.000 hektar.

Cadangan lahan seluas itu cukup untuk pengembangan properti, sebagai core business pengembang rintisan Sutjipto Nagaria tersebut, selama sepuluh tahun ke depan.

0 Komentar