Mengintip Operasi CIA di Indonesia

Mengintip Operasi CIA di Indonesia
Dokumen Rahasia AS (Foto: http://nsarchive2.gwu.edu)
0 Komentar

“Langkah itu mencerminkan keuntungan psikologis yang besar bagi para pemimpin militer. Mereka sebelumnya pernah aktif ‘membersihkan’ pemerintahan. Tapi, ini adalah kali pertama mereka sanggup mendapatkan persetujuan Sukarno.”

Tersiarnya dokumen CIA yang tak lagi rahasia itu masih dianggap belum cukup menyingkap kabut tebal urusan peristiwa 1965, terutama mengenai ihwal apakah PKI dan Sukarno terlibat di dalamnya. Pasalnya, masih banyak bagian dari memo yang disensor.

Untuk memberikan gambaran lain, dalam sebuah makalah yang disiapkan Benedict Anderson dan Ruth Mcvey PKI maupun Sukarno tidak terlibat dalam gerakan yang, pada hemat mereka, berakar pada masalah internal tentara

Baca Juga:Kisah Agen CIA ‘Werner Verrips’ Merampok Bank IndonesiaGubernur Sumbar: Butuh Rp 4,5 Miliar Untuk Pulangkan 900 Urang Awak dari Wamena

Sementara itu, dalam publikasi lain, peran CIA dalam memantik peristiwa berdarah 1965 justru kuat mengemuka. Dilansir Washington Post, Kementerian Luar Negeri AS pada 1994 menerbitkan laporan terperinci mengenai operasi senyap CIA di Indonesia pada dasawarsa 1950-an menyusul kecemasan luar biasa atas menguatnya pengaruh komunisme pada Presiden Sukarno.

Menurut seorang petinggi kementerian AS, negerinya, dalam praktik, memelihara hubungan diplomatik normal dengan Jakarta. Namun, secara diam-diam, pemerintahan AS melakukan intervensi dalam tubuh militer.

Menteri Luar Negeri saat itu, John Foster Dulles, mengatakan bahwa Sukarno dipandang“berbahaya, tidak dapat dipercaya, dan mudah terpengaruh pemikiran komunis.” Lantas, pada awal 1958, AS mulai memasok dan mendukung kelompok militer pembelot di Sumatera dan Sulawesi.

Pada 1959, saat mulai nampak bahwa para pemberontak akan gagal, AS berubah haluan. Ia menggeser topangan ke arah tentara yang memerangi gerombolan pembangkang. Harapannya, para pemimpin tentara akan menjadi penyeimbang bagi Sukarno dan Partai Komunis Indonesia.

Bertahun kemudian, strategi itu terbukti efektif pada 1965.

Dalam sebuah wawancara dengan Tempo, Omar Dani, salah satu perwira cemerlang Indonesia yang dituduh terlibat dalam peristiwa 1965, mengatakan “bahwa G-30-S itu rekayasa, memang begitulah. Menurut saya, CIA itu sangat terlibat, dan Harto (mantan Presiden Suharto) adalah tangan yang dipakai.” (*)

Laman:

1 2
Tag:  
0 Komentar