Mengenal Lebih Dekat Uya, Sulyanati Calon Wakil Wali Kota Banjar

Sulyanati adalah salah seorang bidan yang terlibat dalam gerakan pemekaran Kota Banjar. Ia memiliki ikatan emo
Sulyanati adalah salah seorang bidan yang terlibat dalam gerakan pemekaran Kota Banjar. Ia memiliki ikatan emosional yang kuat dengan Kota Banjar. Ia punya sejumlah gagasan yang penting bagi Kota Banjar. (IST)
0 Komentar

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Banjar tahun 2024 menjanjikan persaingan sengit di antara sejumlah kandidat yang potensial.

Dalam sebuah kesempatan delik bertemu dengan Sulyanati, salah seorang bidan yang terlibat dalam gerakan pemekaran Kota Banjar. Ia memiliki ikatan emosional yang kuat dengan Kota Banjar. Ia punya sejumlah gagasan yang penting bagi Kota Banjar.

Dikutip dari keterangan tertulisnya, Sulyanati, sosok di Kota Banjar yang saat ini namanya semakin popular. Uya, demikian nama panggilan sejak kecil di kampung dan sekolah hingga saat ini. Sedangkan panggilan Komeng muncul sejak berkecimpung dalam dunia jurnalistik hingga kini.

Baca Juga:Persidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu LamaDirektur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur Hukum

Dr. (Cand.) Sulyanati, S.H.,M.Si.,M.Kn. lahir dan besar di Kota Banjar. Menamatkan pendidikan dasar di SD Inpres Cikabuyutan II yang kini berganti nama SDN 5 Hegarsari Kota Banjar. Menempuh pendidikan menengah pertama di SMPN 2 Banjar; dan menyelesaikan Pendidikan menengah atas di SMEAN Banjar (skrg SMKN1 Banjar). Meski S1 Fisipol di UT tdk selesai, jenjang S1 Ilmu Hukum diselesaikannya di Fakultas Hukum Universitas Galuh hingga tamat.

Selanjutnya jenjang pascasarjana (S2) ditempuh di FISIPOL Universitas Jendral Soedirman (Unsoed) Purwokerto dalam program Administrasi Kebijakan Publik. Jenjang S2 lainnya diselesaikan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada Magister Kenotariatan. Saat ini sedang menyelesaiakan Disertasinya sebagai Kandidat Doktor Ilmu Hukum di Unsoed Purwokerto.

Berasal dari keluarga sederhana, lahir dari seorang ibu rumah tangga dan ayah seorang PNS golongan biasa di sebuah instansi pemerintah kala itu bernama Dinas Perkebunan Ciamis. Darah politik mengalir dari sang kakek (dari ayah), Ahmad Suara, seorang keturunan kaum padri, sekaligus salah seorang tokoh berpengaruh di Partai Syarekat Islam yang kemudian fusi menjadi PPP (Partai Persatuan Pembangunan) di Ciamis. Sang kakek tercatat sebagai anggota DPRD Ciamis di era tahun 1970-an, menggunakan bendera partai berbasis Islam. Meski demikian, kehidupan keluarganya sangat demokratis. Terbukti, dirinya sendiri berhaluan Nasionalis.

Kepiawaiannya dalam berpolitik dan berdiplomasi semakin kentara saat berada di bangku kuliah. Dirinya aktif dalam berbagai kegiatan internal maupun ekternal kampus. Tercatat sebagai Ketua Senat Fakultas Hukum dan Jaringan Mahasiswa Indonesia (JMI) pada masa itu.

0 Komentar