Mengapa Semarang Dijuluki Miniatur Negeri Belanda?

Kota Lama Semarang
Kota Lama Semarang
0 Komentar

Ada juga Hotel Jansen yang merupakan hotel Eropa pertama di Semarang, Seelig & Son toko alat musik, dan Marabunta, sebuah gedung teater (schouwburg) tempat tuan dan nyonya Belanda menikmati pertunjukan opera.

Kantor Pengadilan Negeri (Landraad) terletak di De Heerenstraat, dekat dengan kantor perusahaan dagang Nederlandsche Handel Maatschappij, perusahaan pengolah hasil perkebunan Cultuur Maatschappij der Vorstenlanden, toko perhiasan N.V. Goud en Zilversmederij, dan Nederlandsch-Indische Levensverzekering en Lijfrente Maatschappij atau Perusahaan Asuransi Jiwa Hindia Belanda.

Sebagai wilayah eksklusif bagi para saudagar Eropa, permukiman di dalam benteng selanjutnya dikenal dengan Europeesche Buurt (Kampung Eropa) atau De Oude Stad (Kota Lama), karena merupakan kawasan pertama yang mereka jadikan tempat tinggal.

Baca Juga:Kebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 LudesBPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan Nilainya

Saat ini, Kota Lama masuk ke dalam Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara. Di sebelah utara, kawasan ini berbatasan dengan Jalan Merak (dulu Norder-walstraat), sebelah timur dengan Jalan Cenderawasih (Ooster-walstraat), sebelah selatan dengan Jalan Sendowo (Zuider-walstraat), dan sebelah barat dengan Jalan Mpu Tantular (Pakhuisstraat).

Kota Lama, atau Semarang secara umum, dikuasai VOC sejak abad ke-17. Semua bermula ketika Raden Mas Rahmat, selanjutnya bergelar Sultan Amangkurat II, naik takhta menggantikan ayahnya, Sultan Amangkurat I, yang mangkat pada Juli 1677 sewaktu melarikan diri dari serbuan Trunojoyo dan pasukannya.

Seturut M. C. Ricklefs dalam A History of Modern Indonesia since c.1200 (2001:95), Trunojoyo adalah keturunan raja terakhir Madura Barat. Selain untuk membalas Amangkurat I yang telah membunuh ayahnya pada 1656, serangannya terhadap Keraton Mataram di Plered juga merupakan konspirasi antara dirinya dengan Raden Mas Rahmat, sang putra mahkota.

Dengan tewasnya Amangkurat I, Raden Mas Rahmat akan menggantikannya sebagai penguasa Kasultanan Mataram, dan Trunojoyo akan mendapat kompensasi berupa wewenang penuh atas Madura, sebagian wilayah Jawa Timur, mungkin juga menjadi patih.

Setelah merebut kota-kota pelabuhan di sepanjang pesisir utara Jawa, mulai Surabaya hingga Cirebon, pasukan Trunojoyo yang terdiri dari prajurit Madura dan Makasar menyerbu keraton Plered dan menjarah harta benda di dalamnya. Peristiwa yang memaksa Amangkurat I mengungsi ke Tegal itu terjadi antara Mei hingga Juli 1677.

0 Komentar