Memoles Citra Diri Politisi, Jangan Sampai Berujung Lemparan Alas Kaki

Memoles Citra Diri Politisi, Jangan Sampai Berujung Lemparan Alas Kaki
Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Desmond J. Mahesa
0 Komentar

Konsep politik yang bermoral pun mengajarkan untuk berhindar dari perilaku dusta. Politik memang sering merupakan pesta janji belaka. Ketika janji itu sulit untuk ditepati, politik kebohonganlah yang sering diamalkannya. Dalam hal ini politikus memang sering mencari alat-alat pembenaran untuk membingkai kebohongannya; mengesankan ketepatan janjinya pada hal yang terjadi seringkali justru sebaliknya.

Terkadang seorang politisi berjanji tidak mengukur kemampuan, karena dalam  janji itu terkandung pamrih balas jasa. Banyak politikus berjanji karena ingin dipilih, sehingga janjinya muluk-muluk, tak sesuai fakta. Bagi politikus, ingkar janji tidak hanya dosa, tetapi melorotnya citra.

Ketepatan janji adalah salah satu strategi politik pencitraan juga. Namun, untuk memenuhi strategi itu, terkadang harus berkata dusta. Padahal politik pembohongan kontraproduktif dengan politik pencitraan yang ingin dibangunnya.

Baca Juga:Korem 063/SGJ  Resmi Buka Liga Santri di Stadion PurnawarmanHamilton Spa Gelar Pesta ‘Bungkus Night’ Disegel Polisi

Saat ini menjelang pemilu 2024,justru yang menonjol adalah budaya pencitraan diri dan membangun pamor serta popularitas di balik kebohongan dan tipu muslihat untuk menarik simpati massa.

Aroma pencitraan itu begitu tercium dengan jelas ketika berbagai program yang didengungkan justru tidak ada yang berhasil mencapai titik kesuksesan saat ia menduduki jabatannya. Mereka hanya lihai dalam beretorika, tetapi dalam tatanan implementasi justru mandul dan tidak mampu memberikan harapan kepada publik yang telah memberikan suaranya.

Pendek kata, karena politik pencitraan hanya menonjolkan tampilan luar, maka lambat laun seiring perjalanan waktu akan mengungkap kebenarannya. Selain hukum waktu yang akan berbicara, hembusan angin kritis dari rakyat pun lambat lain akan bisa menyingkapnya.

Meskipun demikian, pencitraan tidak selalu berarti negatif jika itu berbasis data. Pencitraan adalah kebutuhan politik yang tidak bisa dihindari adanya. Hanya saja, sebagai bangsa yang bernurani pancasila, pencitraan mesti dihindarkan dari praktek-praktek manipulatif bernuansa dusta.

Jika pencitraan itu dijadikan sebagai proses untuk memperkenalkan sesuatu yang tidak sesuai kenyataan maka itu penipuan namanya. Faktanya antara pencitraan dengan penipuan itu memang sulit untuk membedakannya.

Sikap Kita

Banyak orang bilang bahwa rakyat kita sudah cerdas, tidak mungkin bisa dibohongi karena mereka punya logika. Sesungguhnya Ini adalah bentuk ungkapan yang berlebihan karena faktanya rakyat sering gagal memilih pemimpin yang baik buat masa depannya. Baik artinya punya kapasitas dan integritas dalam mengemban amanah yang dibebankan kepadanya.

0 Komentar