Megalomania dan Musuh di Kepala Pemerintahan

Bondhan W
Bondhan W
0 Komentar

Dikutip dari artikel berjudul The Impact of Illness on World Leaders, seseorang mengenal Franklin Roosevelt, yang meninggal pada awal masa jabatannya keempat, menulis ‘Masalah pengekangan kekuasaan selalu menjadi masalah utama pemerintahan… Kekuasaan itu berbahaya. Ia tumbuh karena apa yang dimakannya, menumpulkan persepsi, mengaburkan visi, memenjarakan korbannya, betapapun baiknya niatnya, dalam dinginnya isolasi aura infalibilitas intelektual yang diciptakan sendiri, yang merupakan hal negatif dari prinsip demokrasi. .’ 

Dunia modern menawarkan sebuah takdir yang selalu melampaui batas: melampaui moralitas, melampaui tragedi, melampaui budaya.

Kita mungkin akan melihat kemajuan signifikan dalam ilmu saraf kognitif. Jenis obat yang disebut peningkat kognisi telah terbukti meningkatkan kinerja otak dengan meningkatkan memori jangka pendek dan meningkatkan kecepatan berpikir.

Baca Juga:Survey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan KetigaPersidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu Lama

Belum ada dasar untuk keangkuhan yang ditemukan dalam ilmu saraf dan tidak ada kaitan yang pernah ditemukan. Namun melihat perubahan dalam ilmu-ilmu baru tentang pemikiran, saya yakin keangkuhan akan ditemukan penjelasannya dalam ilmu saraf. Sementara itu, kita harus berasumsi bahwa keangkuhan tidak akan pernah bisa diatasi atau disembuhkan oleh dokter dan hanya kewaspadaan terus-menerus serta kekuatan demokrasi yang aktif, menyelidiki, dan berpengetahuan luas yang akan mencegah hal ini terus merusak pengambilan keputusan di antara para Kepala Pemerintahan.

Pastinya ganguan mental ini berdampak pada kualitas demokrasi. Primus Inter Pares akhirnya hanya konsep di ruang pustaka. Namun praktiknya orang dipilih, meskipun dari rakyat, akan merasa paling hebat daripada yang lain.

Dapatkah Anda membayangkan seorang guru yang berkata, “Percayalah, dan saya akan memberi tahu Anda siapa yang baik dan buruk,” seolah-olah kebaikan dan keburukan ada dalam partikel seukuran manusia, atau lebih buruk lagi, dalam partikel seukuran kelompok demografis dan faksi? Atau seorang guru yang berkata, “Ikutlah saya, dan kita akan menjadi orang benar, kaya, berkuasa, terkenal, atau semua hal di atas!” Tidak perlu banyak imajinasi. Para guru dan pemimpin ini ada di mana-mana. Pepatah media sosial modern saya adalah, “Jangan percaya siapa pun yang memiliki lebih dari 30.000 pengikut.” Lalu, bagaimana Anda mempercayai suatu bangsa? Bagaimana Anda menciptakan kepercayaan pada suatu negara, atau komunitas global?

0 Komentar