Mantan Petinggi WHO Ungkap Ada Ketidaksetaraan Vaksinasi di Dunia

Mantan Petinggi WHO Ungkap Ada Ketidaksetaraan Vaksinasi di Dunia
Ilustrasi Vaksinasi (Foto: Istimewa)
0 Komentar

VAKSIN masih menjadi senjata utama untuk mengalahkan pandemi Covid-19. Jadi sangat menggembirakan melihat begitu banyak vaksin yang terbukti dan dikembangkan di seluruh dunia. 

Dalam Health Working Group 1 Meeting G20 Indonesia 2022 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (28/3/2022), Prof Tjandra Yoga Aditama berkesempatan untuk menyampaikan presentasi tentang efikasi vaksin Covid-19 secara online Prof Tjandra tidak dapat hadir secara langsung karena harus  menikahkan putrinya di Jakarta. 

Sampai 22 Maret 2022. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengeluarkan izin Emergency Use of Listing (EUL) untuk 10 vaksin Covid-19. Sementara itu sudah ada 151 kandidat vaksin yang sedang dalam penelitian klinik, dan 195 kandidat vaksin yang dalam penelitian pra-klinik.

Baca Juga:Korban CPNS Fiktif Bakal Gugat Olivia Nathania hingga Nia Daniaty Secara PerdataInilah 5 Kesalahan Mendidik Anak Remaja Laki-laki, Orang Tua Wajib Tahu!

“Sekarang sudah lebih 11 juta milyar dosis vaksin disuntikkan di dunia,” kata Prof Tjandra dalam keterangan resminya.

Rata-rata cakupan vaksinasi dunia adalah 57,2 persen dari seluruh penduduk. Sementara di negara berpenghasilan menengah ke bawah (lower middle income country) cakupannya adalah 48,5 persen, negara Afrika 14,9 persen dan penduduk di negara berpenghasilan rendah (low income countries) cakupannya hanya 11,8 persen.

Jadi jelas ada ketidaksetaraan vaksinasi di dunia, padahal no one in save until everyone is safe,” pesan mantan direktur penyakit menular WHO Asia Tenggara itu. 

Dalam kesempatan ini, Prof Tjandra juga memaparkan hasil 32 penelitian di 13 negara terhadap 4 vaksin yaitu Pfizer, Moderna, Astra Zenecca dan Jansen.

Secara umum, efektivitas keempat vaksin primer ini menurun sejalan dengan waktu, khususnya untuk mencegah infeksi, penyakit. Meski begitu, vaksin ini masih dapat berfungsi setidaknya sekitar 50 persen. 

Booster (vaksin dosis ketiga) dengan keempat vaksin ini dapat mencegah pasien masuk rumah sakit atau mengalami penyakit berat dapat sampai 80 hingga 90 persen,” jelasnya. 

Sementara efikasi vaksin terhadap varian Covid-19 Omicron memang lebih rendah daripada Delta. Namun pemberian booster juga dapat meningkatkan efektivitas proteksi vaksin terhadap Omicron

Baca Juga:Tak Mampu Beli? Apple Bakal Buka Layanan Sewa iPhone Bulanan Mulai Tahun DepanSerial ‘My First’, Ungkap Indahnya Cinta Pertama Remaja

Selain Prof Tjandra, pembicara lain dari WHO, OECD dan ICAO juga memberikan presentasi terkait pandemi Covid-19 dalam acara ini. (*)

0 Komentar