Kudeta Gagal Bolivia: dari Pasokan Lithium Terbesar, Sahabat Rusia, Putus Diplomatik dengan Israel hingga CIA

Jenderal Bolivia Juan Jose Zuniga ditangkap setelah upaya kudeta yang gagal di La Paz. Foto/REUTERS
Jenderal Bolivia Juan Jose Zuniga ditangkap setelah upaya kudeta yang gagal di La Paz. Foto/REUTERS
0 Komentar

KUDETA gagal di Bolivia telah memicu beragam spekulasi. Salah satu spekulasi yang beredar di media sosial yakni keterlibatan Badan Intelijen AS (CIA) dalam operasi kudeta tersebut.

Seperti dilansir Newsweeek, pengguna di X berspekulasi bahwa upaya kudeta tersebut diam-diam didukung oleh CIA. Apakah itu terkait pasokan lithium yang sangat besar di Bolivia atau sebagai pembalasan atas kedekatannya dengan Rusia. Selain itu muncul spekulasi permusuhan Bolovi terhadap Israel.

“Ini adalah rencana kudeta kedua yang didukung CIA terhadap negara  Bolivia dalam waktu kurang dari 5 tahun. Bolivia memiliki 21 juta ton cadangan litium—yang terbesar di planet ini. Bolivia juga memutuskan semua hubungan dengan Israel sebagai bentuk kecaman atas tindakan tersebut.” genosida di Gaza. Saya rasa tidak,” demikian salah satu penggung di X.

Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga

Postingan lain menyoroti perjalanan Arce baru-baru ini ke St Petersburg Rusia. Presiden Bolivia Arce pembicaraan antara Bolivia dan Rusia mengenai penelitian nuklir

“Jangan berpura-pura kita tidak tahu siapa yang bertanggung jawab atas kudeta hari ini, ini adalah pekerjaan CIA AS,” tulis postingan tersebut.

Meskipun tidak ada bukti keterlibatan CIA dalam kudeta yang gagal, tapi kecurigaan terhadap AS di  Bolivia—yang berasal dari dukungan historis CIA terhadap rezim militer Amerika Latin dan keterlibatan Departemen Luar Negeri dalam beberapa kudeta di bawah pemerintahan Henry Kissinger—telah meninggalkan ingatan abadi dalam sejarah. Apalagi kehidupan politik negara Amerika Selatan, yang telah mengalami lebih dari 190 upaya kudeta dalam sejarahnya.

Pada 2008, presiden sayap kiri Evo Morales mengusir duta besar AS karena diduga “berkonspirasi melawan demokrasi.” Klaim yang menurut Departemen Luar Negeri tidak berdasar. Pada tahun 2017, Morales menuduh AS sebagai “ancaman nyata terhadap keamanan dan perdamaian dunia.”

Pada tahun 2019 Morales digulingkan dan digantikan oleh politisi sayap kanan Jeanine Áñez yang sekarang dipenjara.

Arce, seorang sosialis, menggantikan Áñez pada tahun 2020, berkampanye tentang platform demokrasi dan transfer kekuasaan secara damai. Masa jabatannya ditandai dengan krisis ekonomi yang parah.

0 Komentar