Krisis Laut Merah Bawa Petaka Perdagangan Global

Krisis Laut Merah Bawa Petaka Perdagangan Global
0 Komentar

Niels Rasmussen, kepala analis perkapalan di grup perdagangan Bimco, mengatakan bahwa dampak dari krisis Laut Merah sudah lebih parah daripada krisis Ever Given, kapal besar yang kandas dan memblokir Terusan Suez selama sekitar satu minggu pada tahun 2021. Jika terus berlanjut, katanya, dampaknya bisa menyaingi Krisis Suez tahun 1956, yang menyebabkan terusan ditutup selama lima bulan.

Kali ini, Bloomberg Intelligence memperkirakan pengalihan rute akan menambah jarak pelayaran sekitar 40%. Bagi para importir, hal ini berarti penundaan, biaya yang lebih tinggi, komponen-komponen penting yang tertahan di laut lepas, dan angkutan udara yang menawarkan alternatif yang terbatas.

Volume pengiriman dengan pesawat dari Vietnam ke Eropa–rute utama untuk pakaian–melonjak 62% pada minggu yang berakhir 14 Januari, menurut Xeneta yang berbasis di Oslo. Maskapai-maskapai lain menggunakan jalur darat melalui Kazakhstan, melewati Rusia untuk mengirimkan barang ke Eropa.

Baca Juga:Pernyataan Jokowi soal Presiden Hingga Menteri Boleh Memihak dan Kampanye, KontraS: Sangat BerbahayaMenlu Retno Marsudi Walk Out Saat Dubes Israel Pidato di Dewan Keamanan PBB

Di perairan biru kehijauan di lepas pantai Yaman, ada tanda-tanda bahwa ketegangan akan semakin memburuk.

Pada Selasa, Pentagon mengatakan bahwa AS dan sekutunya telah menghancurkan 25 fasilitas rudal Houthi, beberapa hari setelah Presiden Joe Biden memperingatkan bahwa serangan akan terus berlanjut di masa mendatang.

“Pencegahan bukanlah sebuah saklar lampu,” kata Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS Jon Finer kepada ABC pada Minggu. “Kami mengambil stok senjata ini, sehingga mereka tidak akan dapat melakukan begitu banyak serangan dari waktu ke waktu. Itu akan membutuhkan waktu untuk berjalan.”

Pada Minggu malam, AS melaporkan dua kematian pertama tentara yang terlibat dalam operasi tersebut. Sepasang pasukan komando Navy SEAL tewas dalam sebuah misi malam hari untuk menaiki dhow–sebuah kapal lokal yang sering digunakan oleh Houthi untuk mengangkut pasokan dari penyokong utama mereka, Iran.

Serangan kelompok ini dimulai beberapa minggu setelah serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel. Sejauh ini, Houthi belum melakukan banyak kerusakan, tapi perusahaan-perusahaan pelayaran tetap ketakutan.

Sebagian besar serangan Houthi terjadi di sekitar Bab el-Mandeb–yang diterjemahkan secara kasar dari bahasa Arab sebagai ‘Gerbang Air Mata’–selat sempit yang dilalui kapal-kapal untuk memasuki Laut Merah yang datang dari Samudra Hindia.

0 Komentar