Kontroversi Peristiwa Gerakan 30 September, Dimana Keberadaan Bung Karno?

Kontroversi Peristiwa Gerakan 30 September, Dimana Keberadaan Bung Karno?
Soekarno, mengunjungi makam para perwira korban korban G30S PKI. Fotografer: Ed van der Elsken
0 Komentar

PERISTIWA Gerakan 30 September 1965 atau yang lebih dikenal dengan sebutan G30S PKI masih menyimpan beragam kontroversi. Salah satunya teori-teori siapa yang mendalangi kejadian berdarah tersebut.

Salah satu teori yang dimunculkan pada era Orde Baru, Presiden Soekarno dalangnya. Teori ini diungkapkan jurnalis asal Belanda Antonie C. Dake melalui buku yang berjudul Sukarno File.

Lantas di mana Bung Karno jelang peristiwa G30S hingga 1 Oktober? Maulwi Saelan yang saat itu menjabat Wakil Komandan Resimen Cakrabirawa dengan pangkat Kolonel CPM menceritakan dalam buku Penjaga Terakhir Soekarno.

Baca Juga:Pengamat Asing Tanggapi Unggahan Akun Resmi Presiden Jokowi, Warganet RiuhTeror KKB Papua Barat: 14 Korban, Berikut Identitas dan Kondisinya Menggenaskan

Pada 30 September 1965 malam, Soekarno menghadiri acara Musyawarah Nasional Teknik (Munastek) yang diprakarsai oleh pimpinan Angkatan Darat dan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) di Istora Senayan, Jakarta Pusat.

Menteri Pengairan Dasar sekaligus ketua I PII Hartono Wirjodiprodjo menjemput Soekarno di Istana Merdeka menuju Senayan. Presiden berada di acara itu hingga pukul 23.00.

Fakta ini diungkap istri Bung Karno, Haryati yang mendampingi sang presiden pada tanggal 30 September malam.

“Sesudah acara selesai, Bapak langsung kembali ke Istana bersama para pengawal. Saya sendirian pulang ke Slipi, kediaman saya, dikawal seorang perwira dinas khusus DKP Cakrabirawa,” ujar Haryati, seperti yang dikutip dari buku G30S, Fakta atau Rekayasa karya Julius Pour.

Saat tiba di Istana, Soekarno mengontak Haryati. “Malam ini Mas tidak usah kamu tunggu. Tidur saja sendirian. Hati-hati ya, suasana di luar kok terasa kurang menyenangkan, entah ada apa,” kata Bung Karno ditirukan Haryati.

Kolonel CPM Maulwi sendiri mengaku pamit ke Soekarno karena tugasnya sudah tuntas saat hari telah berganti ke Jumat 1 Oktober 1965 dan jam menunjukkan pukul 00.30.

Setelah itu, Presiden memasuki kamar untuk salin pakaian. Seragam Panglima Tertinggi dilepas. Soekarno memilih baju lengan pendek tanpa memakai kopiah.

Baca Juga:Japto Soerjosoemarno Perintahkan Kader Ormas Loreng Oranye Ini Pilih Anies Baswedan di Pilpres 2024Terima Kartu Anggota Bernomor ‘James Bond’, Pemuda Pancasila: Pak Anies Presiden

AKBP Mangil Martowidjojo, Komandan Detasemen Kawal Pribadi (DKP) Resimen Cakrabirawa yang bertugas mengatakan presiden akan menjemput Ratna Sari Dewi, istrinya.

Istri Bung Karno asal Jepang itu hingga lewat tengah malam sedang menghadiri jamuan makan malam di Nirwana Supper Club, lantai paling atas Hotel Indonesia.

0 Komentar