Kontroversi Kapitan Pattimura atau Ahmad Lussy

Kontroversi Kapitan Pattimura atau Ahmad Lussy
Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy, dokumen dari keluarga di Hulaliu, Saparua. (Dok Thomas Matulessy)
0 Komentar

“Bangkitlah perlawanan bersenjata dipimpin oleh Kapten Pattimura, 1817 M. Di Ambon penyandang nama Pattimura adalah Muslim. Oleh karena itu, salahlah jika dalam penulisan sejarah, Kapten Pattimura disebut penganut Kristen,” tulis Ahmad Mansur dalam bukunya Api Sejarah.

Kritikan Atas Buku Api Sejarah

Tiar Anwar pengajar di STAI Persatuan Islam Garut dan Unpad menulis kritik dari teori yang ditulis Ahmad Mansur dalam bukunya Api sejarah. Dalam Jurnal Sejarah Peradaban Islam Vol 2 No 2 Tahun 2018, berjudul Islamisasi Penulisan Sejarah: Survey Gagasan Hamka dan Ahmad Mansur Suryanegara.

Menurut Tiar Anwar, Ahmad Mansur adalah aktivis Islam semasa mahasiswa dan dekat dengan M Natsir (masyumi). Sejak era Orba, tulisan-tulisan Ahmad Mansur sudah bernada menggugat sejarah mapan. Buku Api Sejarah ditujukan untuk mengubah drastis pandangan terhadap sejarah Indonesia.

Baca Juga:Erick Thohir Tegaskan Tidak Tolerir Segala Bentuk Indikasi Kecurangan yang Rugikan NegaraPakar Hukum: Usaha Erick Thohir dalam Penegakan Hukum Harus Dipertahankan untuk Awasi BUMN

Tiar juga mengatakan bahwa buku yang ditulis Ahmad Mansur hanya menggunakan sumber-sumber sekunder bukan sumber primer.

Tiar Anwar juga menkritik metodologi yang ditulis Ahmad Mansur. Kritik pertama Tiar utarakan mengenai sumber sejarah yang tidak kritis dan tidak lengkap serta serampangan. Ini menjadikan buku Api Sejarah dinilai tidak ilmiah, meski Tiar menilai tetap ada niliai ilmiah di buku tersebut.

Kritik kedua, Tiar mengkritik sistematika penyajian Ahmad Mansur yang dinilai Tiar terlalu loncat-loncat

“Walaupun secara semangat pemikiran untuk mengislamisasi penulisan sejarah Islam di Indonesia, Mansur sudah memberikan kontribusi penting, namun memang dalam hal metodologi, buku ini memperlihatkan kelemahan yang cukup fundamental disana-sini,” katanya.

Untuk sejarawan sekelas Mansur yang sudah puluhan tahun malang melintang di dunia sejarah seharusnya kesalahan-kesalahan inii tidak perlu terjadi. Sebab, pada umumnya kesalahan yang dilakukan adalah kesalahan mendasar yang menunjukan ketidak berhasilan Mansur mendapatkan sumber yang dapat dipercara dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai contoh ada beberapa kasus yang sempat penulis catat yang mengandung kelemahan metodologi cukup fatal, tulis Tiar Anwar di dalm Jurnal Sejarah Peradaban Islam. (*)

0 Komentar