Ketua Kagama Cirebon Raya: Dukung Pelaku Rempah Lokal Go International

Ketua Keluarga Alumni Gajah Mada (Kagama) Cirebon Raya, Heru Subagia menikmati racikan rempah Lady Rose di del
Ketua Keluarga Alumni Gajah Mada (Kagama) Cirebon Raya, Heru Subagia menikmati racikan rempah Lady Rose di delik Rempah Lie ce kuang jalan Winaon 28 Cirebon
0 Komentar

KEKAYAAN hayati rempah merupakan salah satu komoditas potensial Indonesia. Selain memperkaya cita rasa masakan, tanaman obat dan rempah dapat diracik menjadi jamu dan minuman fungsional yang berkhasiat untuk tubuh.

Demikian disampaikan Ketua Keluarga Alumni Gajah Mada (Kagama) Cirebon Raya, Heru Subagia saat mengunjungi delik Rempah Lie ce kuang di jalan Winaon 28 Kota Cirebon, Jumat (9/8).

Melihat potensi ini, kata Heru, outlet delik Rempah ini untuk melihat potensi kekayaan hayati rempah dan obat sebagai minuman kekinian untuk menggaet pasar dari kalangan muda.

Baca Juga:Kebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 LudesBPS Catat Indonesia Masih Impor dari Israel Juni 2024, Berikut Data Jenis Barang dan Perkembangan Nilainya

“Saat ini, minuman kekinian masih didominasi kopi dan teh yang juga menjadi komoditas bangsa Indonesia. Pemanfaatan tanaman obat dan rempah dapat menjadi alternatif minuman kekinian yang tidak hanya nikmat, tapi juga menyehatkan,” ungkapnya.

Menurutnya, minuman tradisional Indonesia yang kaya akan rempah-rempah, telah menjadi sorotan dunia sebagai minuman sehat yang tidak hanya menyegarkan tetapi juga memberikan berbagai manfaat kesehatan. Dengan kombinasi rempah-rempah alami, minuman ini tidak hanya memberikan sensasi kenikmatan bagi lidah tetapi juga mendukung kesehatan tubuh secara menyeluruh.

“Apalagi bagi Anda yang sedang mencari ide bisnis, rempah-rempah patut dipertimbangkan. Pasalnya, bisnis rempah-rempah memiliki peluang yang menjanjikan dan prospek tinggi,” katanya.

Heru menambahkan bahwa data Food and Agricultural Organization, Indonesia termasuk ke dalam 10 negara penghasil dan pemasok rempah-rempah terbesar di dunia. Tingginya permintaan akan rempah-rempah sebagai bumbu masakan hingga obatan-obatan membuat bisnis ini lebih mudah berkembang.

“Terlebih lagi, di Eropa, saat musim dingin tiba, rempah-rempah juga dimanfaatkan sebagai bahan pengawet makanan dan penghangat tubuh. Oleh karena itu, rempah-rempah pernah menjadi komoditas paling dicari bangsa-bangsa Eropa dan dihubungkan dengan penjajahan di Indonesia,” ujar Heru.

Ia menegaskan hubungan rempah-rempah dengan penjajahan di Indonesia adalah pencarian rempah-rempah oleh bangsa Eropa mendorong penjajahan di Indonesia. Salah satu latar belakang kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia adalah mencari rempah-rempah.

Dalam perkembangannya, imbuh Heru, kekayaan alam Indonesia membuat bangsa Eropa gelap mata. Mereka mulai melakukan praktik monopoli perdagangan rempah-rempah dan melakukan penjajahan di Indonesia. Setelah berhasil mengusir bangsa Portugis dari Indonesia, Belanda mendirikan kongsi dagang VOC, yang menjadi pusat monopoli perdagangan rempah-rempah dan hasil bumi lainnya di Indonesia.

0 Komentar