Kemendag Khawatir Invasi Rusia Bikin Pasokan Bahan Pokok Impor Terganggu: Harga Gandum, Sapi dan Gula Berpotensi Naik

Kemendag Khawatir Invasi Rusia Bikin Pasokan Bahan Pokok Impor Terganggu: Harga Gandum, Sapi dan Gula Berpotensi Naik
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi
0 Komentar

DIREKTUR Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan mengaku khawatir pasokan bahan pokok yang bergantung kepada impor akan terganggu di saat permintaan dalam negeri meningkat. Hal ini karena adanya perang antara Rusia dan Ukraina.

“Kemendag terus memantau harga komoditas internasional dengan situasi geopolitik yang berpotensi mengganggu pasokan khususnya barang kebutuhan pokok. Ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina turut meningkatkan tekanan harga komoditas barang,” katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, Rabu, 30 Maret.

Menurut Oke, berdasarkan pantauan Kemendag terdapat empat komoditas pangan dalam negeri yang bergantung pada impor mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan.

Baca Juga:Kemenag Pastikan 101 Titik Pemantauan di 34 Provinsi Posisi Hilal 1 Ramadhan Belum TerlihatHarga Pertamax Resmi Jadi Rp 12.500/Liter, Berlaku 1 April

Pertama, kata Oke, harga gandum tercatat meningkat mencapai 399 dolar per ton pada perdagangan 25 Maret. Jika dibandingkan tahun lalu yang sebesar 188 dolar AS per ton, maka kenaikannya mencapai 93,6 persen.

Kemudian, lanjut Oke, harga kedelai juga terpengaruh situasi ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina. Dimana harga kedelai di pasar global sudah menembus Rp8.875 per kilogram (kg) pada perdagangan 25 Maret. Naik 95,6 persen jika dibandingkan dengan posisi tahun lalu yang sebesar Rp4.528 per kg.

Selain gandum dan kedelai, kata Oke, harga sapi juga meningkat menyentuh 4,28 dolar AS per kg pada perdagangan 22 Maret. Angka tersebut naik 72 persen dari posisi tahun lalu yang berada di kisaran 2,49 dolar AS per kg.

Selanjutnya adalah gula konsumsi. Harga komoditas tersebut meningkat hingga 51,6 persen dari Rp5.145 per kg menjadi Rp7.802 per kg secara tahunan pada perdagangan 25 Maret lalu.

“Namun demikian berdasarkan hasil koordinasi dengan pelaku usaha dan instansi terkait ketersediaan pasokan selama periode Idulfitri 2022 dipastikan cukup dengan ketahanan 1,1 sampai 2 bulan ke depan,” tuturnya. (*)

0 Komentar