Kelompok Bersenjata Arakan Army Myanmar Rebut Raikhine, Bantah Targetkan Muslim Rohingnya

Kelompok bersenjata AA mengibarkan bendera mereka setelah merebut pos terdepan rezim di puncak bukit di Kyaukt
Kelompok bersenjata AA mengibarkan bendera mereka setelah merebut pos terdepan rezim di puncak bukit di Kyauktaw, Negara Bagian Rakhine pada 8 Januari. (AA)
0 Komentar

KELOMPOK bersenjata Arakan Army atau AA di Myanmar, merebut kota di negara bagian Rakhine di bagian barat. Pertempuran pecah selama beberapa pekan sebelum para pemberontak berhasil menguasai wilayah tersebut. 

Meski menguasai Rakhine, Tentara Arakan pada Minggu, 19 Mei 2024 membantah bahwa mereka menargetkan anggota minoritas Muslim Rohingya selama serangan tersebut. Khine Thu Kha, juru bicara Tentara Arakan (AA), mengatakan tentaranya telah merebut Buthidaung di dekat perbatasan Myanmar dengan Bangladesh. Ini menandai kekalahan lain di medan perang bagi junta Myanmar berkuasa yang memerangi kelompok oposisi di berbagai bidang.

“Kami telah menaklukkan seluruh pangkalan di Buthidaung dan juga mengambil alih kota itu kemarin,” kata Khine Thu Kha melalui telepon, Minggu, 19 Mei 2024.

Baca Juga:Persidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu LamaDirektur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur Hukum

Beberapa aktivis Rohingya menuduh AA menargetkan komunitas tersebut selama penyerangan di Buthidaung dan sekitarnya, sehingga memaksa banyak dari mereka mengungsi demi keselamatan.

“Pasukan AA masuk ke pusat kota, memaksa warga meninggalkan rumah mereka dan mulai membakar rumah,” kata Nay San Lwin, salah satu pendiri kelompok advokasi Koalisi Rohingya Merdeka. Ia menuturkan berdasarkan keterangan saksi mata.

“Saat kota itu terbakar, saya berbicara dengan beberapa orang yang saya kenal dan percayai selama bertahun-tahun. Mereka semua bersaksi bahwa serangan pembakaran itu dilakukan oleh AA.”

Laporan konflik itu tidak bisa diverifikai secara independen. Juru bicara junta tidak menanggapi panggilan untuk meminta komentar.

Rohingya telah menghadapi penganiayaan di Myanmar yang mayoritas penduduknya beragama Buddha selama beberapa dekade. Setelah lolos dari tindakan keras yang dipimpin militer pada tahun 2017, hampir satu juta orang pengungsi Rohingya tinggal berdesakan di kamp-kamp pengungsi di distrik perbatasan Cox’s Bazar di Bangladesh.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta militer pada 2021, yang menyebabkan meningkatnya perlawanan bersama kelompok pemberontak etnis minoritas yang sudah lama ada. Konflik tersebut telah meningkat sejak Oktober, ketika aliansi tentara etnis termasuk AA melancarkan serangan besar-besaran di dekat perbatasan Cina. Kelompok AA merebut sebagian wilayah dari junta yang memiliki persenjataan lebih baik dan menghadirkan tantangan terbesar sejak mengambil alih kekuasaan.

0 Komentar