Joe Paloh

0 Komentar

 Wah, Joe tertembak. Barack melihat sendiri peluru mengenai dadanya. Pasti Joe tewas. Begitu pikir Barack.

 Ternyata Joe tidak apa-apa. Justru sang polisi yang roboh. Joe sempat menembaknya lebih cepat.

Lho tadi kan peluru mengenai dadanya. Kenapa tidak berdarah?

Joe merogoh saku atas di bajunya. Mengeluarkan tanda jasa tertinggi yang ia kantongi. Medali itu penyok. Kena peluru.

 Hollywood banget.

Baca Juga:Januari 2020, Minyak Goreng Curah Dilarang Beredar di PasaranTertembak di Hong Kong, Wartawati asal Indonesia Angkat Bicara

 Kisah itu memang fiksi. 100 persen fiksi. Ditulis dalam wujud sebuah novel.

Judulnya: Hope Never Dies. Yang baru selesai saya baca seminggu sebelum menulis ini.

 Itulah sebuah novel laris di Amerika. Penulisnya Anda sudah tahu: Andrew Shaffer. Penulis cerita film Hollywood Fifty Shades of Grey itu. Yang di Indonesia sangat terkenal filmnya.

Shaffer juga menulis buku lainnya seperti Yoga-Philosophy for Every One, Bending Mind and Body.

Saya nyaris tidak bisa berhenti membaca novel Hope itu. Tokoh-tokohnya begitu akrab di benak kita. Karakter tokohnya pun mencerminkan karakter Barack yang kita kenal. Dengan intelektualitasnya. Dengan flamboyannya. Dengan humor-humor tingkat tingginya.

Demikian juga karakter Joe yang kita kenal. Terasa sekali tercermin di novel itu. Juga dengan keseniorannya. Dan humor tingkat tingginya.

Tercermin juga betapa serasi pasangan itu. Betapa sudah seperti keluarga. Meski yang satu kulit putih dan satunya kulit hitam.

Baca Juga:Pariwisata Saudi, Turis Asing Tanpa Ikatan Nikah Boleh Check-In BarengPolisi Penendang Ojol di Bogor Terancam Mutasi

Di akhir cerita baru diungkap: mengapa keduanya tidak saling kontak selama enam bulan terakhir.

Kata Joe pada Obama: saya tidak berani kontak, saya khawatir mengganggu Anda.

Joe melihat Barack begitu sibuk keliling dunia. Bersama tokoh-tokoh muda. Barangkali Barack tidak mau lagi berhubungan dengan orang-orang tua seperti dirinya.

Umur saya kan sudah 76 tahun.

Sedang Barack mengatakan kepada Joe begini: Joe, saya kira Engkau sengaja menjauhi saya. Saya jadi sungkan mengontak Anda.

Kok menjauhi?

Siapa tahu Engkau akan mencalonkan diri sebagai presiden. Yang harus menghindari bayang-bayang Barack.

Sekali lagi itu novel. Fiksi.

Yang ternyata benar hanyalah: Joe akhirnya memang mencalonkan diri sebagai presiden. Untuk Pilpres 2020. MelawanincumbentDonald Trump.

0 Komentar