Jelang Musim Panas di Amerika Serikat, Ancaman Baru Subvarian dari SARS-CoV-2 Bernama FLiRT

Ilustrasi
Ilustrasi
0 Komentar

“Dari hasil laboratorium, subvarian FLiRT sejauh ini tampaknya sama menularnya dengan subvarian Omicron lainnya yang artinya sangat menular. Namun, subvarian ini tampaknya tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah atau gejala klinis yang berbeda,” kata Dr. Schaffner.

 Per 1 Mei, rumah sakit tidak lagi diwajibkan melaporkan data Covid-19 ke pemerintah federal. Meski demikian,Vanderbilt University Medical Center tempat Dr Schaffner bekerja, tetap menjadi bagian dari jaringan pengawasan CDC yang memantau tren berdasarkan sampel rumah sakit yang mencakup sekitar 10 persen populasi AS. 

Data menunjukkan tingkat rawat inap Covid-19 turun dari hampir 8 kasus baru per 100.000 orang pada minggu pertama tahun ini menjadi sekitar 1 kasus baru per 100.000 orang pada akhir April 2024

Potensi peningkatan kasus pada musim gugur

Baca Juga:Persidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu LamaDirektur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur Hukum

Para ahli lebih khawatir dengan potensi peningkatan kasus di musim gugur, meskipun subvarian FLiRT menimbulkan risiko di musim panas.

“Jika harus memprediksi, saya perkirakan akan ada sedikit peningkatan kasus tambahan, gelombang kecil di musim panas ini. Namun, yang terpenting adalah varian apa yang akan ada saat kita memasuki musim gugur,” kata dr Andy Pekosz, seorang ahli virus di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, dikutip dari laman CNN.

Cuaca yang lebih dingin di musim gugur dan musim dingin, serta kebiasaan orang-orang yang lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan, disebut sebagai faktor yang dapat meningkatkan risiko penularan.

Empat tahun yang lalu, tepatnya pada 2 Maret 2020, Covid-19 pertama kali diumumkan di Indonesia. Pada saat yang sama, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengumumkan bahwa Covid-19 telah menjadi pandemi global.

Menurut data WHO, Covid-19 telah menyebabkan kematian sebanyak 6.991.842 jiwa di seluruh dunia. Di Indonesia, setidaknya 151,92 ribu orang telah meninggal akibat virus Covid-19, menjadikan Indonesia berada di urutan kedua tertinggi di Asia dalam hal jumlah kematian. (*)

0 Komentar