“Secara perhitungan, aliran dana dari Indonesia ke Belanda mencapai 234 juta gulden pada 1831-1850. Lalu, 491 juta gulden dari 1851-1870. Angka segini, setara 31,5% PDB Belanda di periode tersebut,” ungkap Maddison.
Bahkan, Maddison juga menghitung pendapatan Belanda dari Indonesia selama 1878-1941 menyentuh 23,5 miliar gulden atau setara US$398 miliar pada masa sekarang. Namun, angka segitu belum termasuk keuntungan-keuntungan perusahaan swasta, yang bisa dipunguti pajak juga oleh pemerintah Belanda. Tentu, jika dihitung-hitung luar biasa besar.
Seluruh dana dari Indonesia tersebut kemudian dipakai untuk pembangunan Belanda. Mereka sukses membangun banyak bendungan, jalan, dan infrastruktur lain. Meski begitu, kemajuan ekonomi dan pembangunan negeri kincir angin berbanding terbalik dengan kondisi di Indonesia.
Baca Juga:Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyebaran Penyakit di Eropa Ingatkan Warga Waspada Risiko Virus MpoxKebakaran Kompleks Pertokoan Eks Hasil Pasar Raya 1 Salatiga Diduga Korsleting, 4 Kios di Blok A24-A27 Ludes
Sejarah mencatat, semasa pendudukan Belanda, masyarakat Indonesia hidup sengsara sebagai warga negara kelas dua di tanah kelahirannya sendiri. Tak jarang warga Indonesia juga menjadi budak sebagai dampak kebijakan kolonial atau budak di berbagai perusahaan.
Atas dasar ini, ketika Indonesia merdeka pada 1945, Belanda ketar-ketir. Meski demikian, kekhawatiran Belanda tersebut tak terbukti. Selepas kemerdekaan Indonesia, Belanda tak jadi bangkrut sebab mendapat sokongan dana dari AS lewat kebijakan Marshall Plan. (*)