Idul Fitri 1445 Hijriah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Bom dan Kelaparan

Warga melaksanakan salat Idul Fitri di dekat reruntuhan masjid al-Farouk, di tengah konflik antara Israel dan
Warga melaksanakan salat Idul Fitri di dekat reruntuhan masjid al-Farouk, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di selatan Jalur Gaza 10 April 2024. REUTERS/Shadi Tabatibi
0 Komentar

WARGA Gaza melakukan yang terbaik untuk merayakan Idul Fitri 1445 H di tengah hujan deras pada Rabu 10 April 2024. Bahkan di hari pertama liburan Idul Fitri, serangan Israel menewaskan 14 orang termasuk sejumlah anak-anak di sebuah rumah warga.

Militer Israel mengatakan menyerang beberapa sasaran pada hari pertama Idul Fitri dengan sebuah jet. Mereka juga mengklaim membunuh “sel teroris” dalam pertempuran jarak dekat.

Seorang fotografer menyaksikan dampak pengeboman terhadap rumah di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah. Anggota keluarga memegangi jenazah anak-anak yang meninggal di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di dekat Deir al-Balah.

Belum ada komentar langsung dari tentara Israel.

Baca Juga:Analisa Pengamat Transportasi: Kecelakaan Tol Japek KM58 Belum Tentu Penerapan ContraflowKoalisi Masyarakat Sipil Adukan Presiden Jokowi ke Ombudsman Terkait Dugaan Maladministrasi Pilpres 2024

Israel mengatakan 468 truk bantuan – sebuah rekor sejak perang dimulai – diizinkan masuk ke Gaza pada malam hari raya yang menandai berakhirnya bulan puasa umat Islam dan secara tradisional dirayakan dengan pertemuan keluarga.

Namun dengan peringatan PBB bahwa wilayah yang terkepung berada di ambang kelaparan, hanya sedikit yang bisa dinikmati oleh 2,4 juta penduduk Gaza. Sebanyak 1,5 juta di antaranya berdesakan di kamp-kamp di sekitar kota Rafah di bagian paling selatan.

Umat Muslim berkumpul saat fajar di luar Masjid Al-Farooq yang rata dengan tanah, di mana jamaah Khairi Abu Singer mengeluh bahwa pengeboman tanpa henti yang dilakukan Israel bahkan telah “menghalangi warga Palestina untuk salat di dalam masjid mereka.”

Ayah empat anak, Ahmed Qishta, 33 tahun, mengatakan bahwa tidak banyak hal yang bisa dirayakan pada saat yang seharusnya menjadi saat yang menggembirakan.

“Kami menyiapkan permen dan biskuit dari bantuan yang kami dapat dari PBB dan sekarang kami berikan kepada anak-anak. Kami mencoba untuk bahagia tetapi itu sulit.”

Dia mengatakan mereka pergi berziarah ke makam anggota keluarga yang tewas dalam perang sebelum pergi ke Masjid Ibnu Taymiyyah untuk salat Idul Fitri.

“Belum pernah ada Idul Fitri yang penuh kesedihan, ketakutan, kehancuran dan perang yang hebat,” katanya.

Baca Juga:Penyembelihan Sapi Merah Doktrin Yahudi Robohkan Al Aqsa Jatuh 10 April 2024, Berbarengan dengan Lebaran?Yayasan Konsumen Muslim Indonesia Rilis Sejumlah Nama Perusahaan dengan Produk Terbukti Terafiliasi Israel, Begini Tanggapan Wasekjen MUI

Abir Sakik, 40 tahun, yang meninggalkan rumahnya di Kota Gaza bersama keluarganya dan sekarang tinggal di tenda di Rafah, mengatakan dia tidak punya “bahan untuk membuat kue dan manisan” yang biasa dia buat.

0 Komentar