Ibu Kandung WNI Menangis Anaknya Masih Tertahan di Chernihiv Ukraina, Ratmi: Dia Tulang Punggung Keluarga

Ibu Kandung WNI Menangis Anaknya Masih Tertahan di Chernihiv Ukraina, Ratmi: Dia Tulang Punggung Keluarga
Ibunda dari Muhammad Raga Prayuga, Ritami, menangis sambil membawa fotonya bercerita kondisi anak yang saat ini sedang berada di Chernihiv, bagian Utara Ukraina./ISTIMEWA
0 Komentar

DI tengah invasi Rusia ke Ukraina, masih ada 9 orang warga Binjai dan Langkat, Sumatera Utara tertahan. 

Dalam video yang beredar, mereka berlindung di bungker menyelamatkan diri. Para WNI disebut menunggu proses evakuasi dari pemerintah Indonesia. 

Salah satu keluarga WNI asal Binjai menangis meminta pemerintah segera mengevakuasi. Usai telekonferensi dengan pihak Duta Besar Indonesia untuk Ukraina, di ruang di Command Center (BCC) Balai Kota Binjai, ibunda dari Muhammad Raga Prayuga, Ritami, menangis sambil membawa fotonya bercerita kondisi anak yang saat ini sedang berada di Chernihiv, bagian Utara Ukraina.

Baca Juga:Temukan 22 Karung Kosmetik, Lantamal XIII Gagalkan Pengiriman Ribuan Kosmetik IlegalVideo: Aksi Protes Anti Invasi Menyebar di Rusia, Ribuan Demonstran Ditangkap

Menurutnya Rutami, anaknya Muhammad Raga Prayuga, bersama 8 orang warga Binjai dan Langkat berad di Ukraina dan bekerja di pabrik plastik milik WN Yordania.

“Kami memohon kepada pemerintah Indonesia untuk mengevakuasi anak saya bersama teman-temannya di sana (Ukraina),” pinta Rutami, Senin, 7 Maret.

Ritami mengatakan, sebenarnya anaknya sudah mau pulang ke Indonesia saat mendengar kabar soal invasi Rusia ke Ukraina. Hanya saja, prosesnya sangat lamban.

Akibatnya, mereka tertahan di tengah kondisi perang Rusia dengan Ukraina.

“Kalau berdasarkan kontrak, bulan September 2022 ini kontraknya habis,” kata Ritami. 

Warga Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Cengkeh Turi, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai itu berharap, anaknya bersama rekan-rekannya bisa segera dievakuasi, dan pulang ke tanah air dengan keadaan selamat.

Ritami mengaku berusaha tabah dan mencoba menenangkan diri. 

“Tapi dari rekaman-rekaman video yang dikirim Raga dan saya lihat langsung, ada suara ledakan bom, lalu ada suara ‘lari, lari,” bagaimana saya bisa tenang. Saya ngerti, anak saya akan dievakuasi jika situasi sudah aman. Tapi saya belum bisa tenang, karena anak saya belum dievakuasi,” katanya.

Saat berkomunikasi dengan anaknya, Ritami berpesan agar Raga tidak mengunggah di media sosial. Dia khawatir, ada pihak yang salah paham dan memberikan respons yang negatif. 

Baca Juga:Bantu Anak-anak Ukraina, Binance Beri Sumbangan Uang Kripto Senilai Rp36 Miliar ke UNICEFPengembangan Solusi Web3, Kripto Polygon Bermitra dengan Perusahaan Raksasa Telekomunikasi Spanyol Telefónica Tech

“Namun Raga bersikeras untuk memposting di medsos. Tujuannya gar Pemerintah Indonesia tahu kondisi mereka seperti apa,” sebutnya

“Di situlah hancur perasaan saya, berarti kondisinya lagi bahaya di sana. Dia anak baik, saya gak punya harta apa-apa lagi selain dia,” sambungnya. 

0 Komentar