Heru Subagia: Kasus Pembunuhan Vina-Eky Cirebon Tidak Tuntas, Lebih Baik Pak Kapolri Mundur

Heru Subagia/Ist
Heru Subagia/Ist
0 Komentar

Menurut pandangannya, warganet menilai kasus ini tak ubah seperti film drama Korea (drakor). Karena terkesan terlalu banyak drama yang dinilai janggal dan di luar nalar logika.

Misalnya, penangkapan Pegi Setiawan alias Perong yang disebut-sebut otak pembunuhaan sadis itu, dianggap sebagai sandiwara aparat. Alasannya pun sangat beragam. Mulai dari ciri-ciri tak sesuai DPO, hingga wajah kepolosan saat yang bersangkutan menggelar jumpa pers bersama para awak media. 

Akibatnya, kasus pembunuhan Vina-Eky Cirebon yang disertai pemerkosaan tahun 2016, masih menjadi buah bibir di seluruh lapisan masyarakat. Menjadi trending topik nyaris berbagai platform media, baik cetak, online, televisi. 

Baca Juga:Survey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan KetigaPersidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu Lama

Termasuk para warganet pun, ramai-ramai menyorotinya bak sebagai seorang detektif. Ironisnya lagi, momentum ini pun dimanfaatkan banyak pihak dari beragam profesi untuk mencari panggung. Karena kasus ini mampu mencuri perhatian ratusan juta penduduk Indonesia. 

Namun di sisi lain, fenomena ini mulai memicu berbagai asumsi liar di tengah masyarakat. Tak sedikit warga yang mulai mencurigai bahwa kasus ini sengaja diangkat untuk mengalihkan perhatian publik terhadap isu-isu seksi di negeri ini, agar masyarakat luput dari perhatiannya.

Heru mengingatkan para wartawan harus lebih jeli dan kritis terkait agenda setting atau ketidakwajaran manajemen isu.  Wartawan diminta peka terhadap isu-isu yang viral dan tidak terjebak dalam permainan agenda setting yang mungkin dilakukan oleh oknum kekuasaan, atau pihak lain yang memanfaatkan situasi saat ini. 

“Kasus pembunuhan Vina-Eky Cirebon yang disertai pemerkosaan bisa saja menjadi alat untuk mengalihkan perhatian publik dari isu yang lebih sensitif. Coba bayangkan isu Pilkada Serentak 2024 yang akan diikuti kurang lebih 545 daerah dengan rincian 37 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota. Pro kontra Tapera, dan polemik UKT. Masih kalah pamor oleh isu Vina Cirebon, dalam hal bobot perhatiannya,” ungkapnya.

Heru juga menekankan termasuk kasus dugaan korupsi timah senilai Rp300triliun yang menyeret nama Harvey Moeis, suami Sandra Dewi, hingga crazy rich Helena Lim. 

“Dalam kasus korupsi tata niaga di PT Timah Tbk. (TINS) ini, negara dirugikan dengan angka fantastis, yakni Rp300triliun. Kasus sebesar ini masih kalah oleh kasus pembunuhan Vina-Eky Cirebon yang disertai pemerkosaan,” tandasnya, Jumat (31/5).

0 Komentar