Hentikan Hilirisasi SDA Indonesia, IMF Menyusup ke Capres di Pilpres 2024, Bahlil Bilang Ini

Hentikan Hilirisasi SDA Indonesia, IMF Menyusup ke Capres di Pilpres 2024, Bahlil Bilang Ini
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia (Foto: Jay/Humas)
0 Komentar

MENTERI Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengaku curiga International Monetary Fund (IMF) akan menyusup ke calon presiden di Pilpres 2024 mendatang. Ia menduga IMF bakal menyelundup demi menghentikan upaya hilirisasi sumber daya alam Indonesia.

Kecurigaan itu berdasarkan analisis tiga kelompok yang tak suka dengan hilirisasi versi Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ia menyebut pihak pertama yakni golongan yang gemar mendapat untung instan dari impor, sementara pihak kedua yakni pengusaha yang kerap mengekspor bahan mentah.

“Ada variabel ketiga. Ada negara-negara yang tidak ingin Indonesia maju. Itu yang saya contohkan seperti IMF,” kata Bahlil dalam Konferensi Pers Realisasi Investasi Kuartal III 2023 di Kementerian Investasi, Jakarta Selatan, Jumat (20/10).

Baca Juga:Gibran Cawapres, Jokowi Pulang ke Indonesia Disambut Prabowo SubiantoTemui Zulhas, Kode PAN Dukung Gibran Cawapres Prabowo

“Tapi sekarang sudah minta maaf dia. Katanya ada kekeliruan dalam interpretasi di media, kata si direktur IMF,” lanjut dia.

Namun, Bahlil menilai IMF tidak akan berhenti ikut campur dalam kebijakan hilirisasi Indonesia. Ia mengaku masih tidak habis pikir dengan kajian lembaga keuangan internasional itu meski sudah sempat meminta maaf.

Bahlil kemudian menjelaskan lebih lanjut bahwa kajian IMF itu berisi permintaan agar Indonesia mempertimbangkan ulang larangan ekspor nikel. Bahkan, IMF meminta larangan itu tidak diperluas ke bahan mentah lain.

Padahal, menurut dia, IMF paham pertumbuhan ekonomi Indonesia bagus karena inflasi bisa terkendali dan sedang melakukan transisi mendapatkan nilai tambah dengan pemanfaatan teknologi.

“Maksudnya apa orang kayak gitu mau intervensi negara kita? Itu pasti ada sesuatu kayak gitu-gitu dan itu dia pasti akan masuk ke calon penguasa atau partai politik,” ujar Bahlil.

“Hanya dua itu saja instrumennya. Kita tidak mau yang memimpin negara kita seperti itu,” sambungnya.

Bahlil pun menduga ada pihak yang memang tidak ingin hilirisasi berlanjut setelah era Presiden Jokowi berakhir. Ia menilai Indonesia akan kembali ke zaman seperti penjajahan Belanda.

Baca Juga:Golkar Resmi Pasang Gibran Cawapres Prabowo SubiantoHari Santri Nasional Kaesang Kunjungi Cirebon, Berikut Agendanya

Ia kemudian menyinggung bahwa Indonesia harus dipimpin oleh presiden yang berani dan punya keteguhan hati. Ia juga menyoroti potensi hilirisasi tidak dilanjutkan jika Indonesia dipimpin oleh orang yang tidak tepat.

0 Komentar