Hasil Penelitian WHO: Jajanan Mengandung Lemak Trans Tinggi Banyak Dikomsumsi di Indonesia, Ini Daftarnya

cropped-050520_who_reuters.jpeg
0 Komentar

Daftar Jajanan yang Mengandung Lemak Tinggi

Berikut daftar makanan dengan kandungan lemak trans tinggi melebihi standar WHO 2 persen atau 2 gram per 100 gram total lemak:

Kategori Lemak dan Minyak

Mentega putih/shortening produk dalam negeri: 4,21 gram per 100 gram lemakMentega putih (desa): 2,40 gram per 100 gram lemakCampuran margarin dan mentega: 22,68 gram per 100 gram lemak

Kategori Makanan Kemasan

Biskuit pai polos dalam negeri: 9,34 gram per 100 gram lemakWafer salut cokelat dengan isian cokelat impor: 2,38 gram per 100 gram lemakKeik Red Velvet dalam negeri: 2,33 gram per 100 gram lemak

Kategori Makanan Siap Saji Panggang

Baca Juga:Direktur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur HukumBenda Bercahaya Kehijauan Melintasi Langit Yogyakarta, Pertanda Apa?

Roti maryam cokelat (kota): 4,50 gram per 100 gram lemakRoti maryam cokelat (desa): 6,48 gram per 100 gram lemakMartabak cokelat (kota): 4,19 gram per 100 gram lemakKroisan (toko): 2,09 gram per 100 gram lemakKroisan dengan isian cokelat (kemasan pabrikan): 5,34 gram per 100 gram lemak

Dampak Konsumsi Lemak Trans

Selain berdampak pada organ jantung, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) dr Eva Susanti mengatakan lemak trans juga memiliki kaitan dengan penyakit tidak menular lainnya, seperti kanker hingga diabetes.

“Kemudian juga dia terkait langsung juga risiko dengan preeklamsi, kemudian sistem kehamilan atau memperpendek masa kehamilan sehingga risiko keguguran, kemudian gangguan sistem saraf, kanker usus besar, obesitas, diabetes, dan alergi,” katanya dalam acara yang sama.

“Jadi sebenarnya bukan jantung saja. Kemudian kalau kita lihat stroke juga bisa berpengaruh, biasanya kan stroke terjadi karena penyumbatan karena kandungan Low Density Lipoprotein (LDL). Tadi juga disampaikan risiko utama lemak trans bisa menyebabkan kadar LDL jadi lebih tinggi,” lanjutnya lagi.

Berdasarkan data, dr Eva juga menyebut sekitar 26,7 persen warga Indonesia mengonsumsi lemak secara berlebihan. Ditambah lagi, tak sedikit juga dari mereka yang malas beraktivitas fisik. Hal ini menurutnya juga menjadi faktor risiko angka kematian akibat PTM tinggi di Indonesia.

“Ini kalau kita lihat ada 95 persen lebih, 95,5 persen masyarakat Indonesia itu kurang makan buah dan sayur, dan sekitar 33 persen kurang aktivitas fisik, untuk konsumsi lemak sekitar 26,7 persen

“Di sini yang menjadi sebab permasalahan ini yang tadinya merupakan dasar temuan kita, menjadi landasan ilmiah untuk bisa menegakkan suatu kebijakan yang lebih baik lagi,” ucapnya.

0 Komentar