Hasil Investigasi KNKT Terkait Tabrakan KA Turangga dengan KRL Bandung Raya, Penghubung Sinyal Mekanik ke Sinyal Elektrik di Stasiun Haurpugur Rusak

Hasil Investigasi KNKT Terkait Tabrakan KA Turangga dengan KRL Bandung Raya, Penghubung Sinyal Mekanik ke Sinyal Elektrik di Stasiun Haurpugur Rusak
Kecelakaan kereta Api Turangga (65A) yang ditarik lokomotif CC 206 13 97 dan KA Commuter Line Bandung Raya (KA 350) yang ditarik lokomotif CC 201 77 17 di petak Haurpungur-Cicalengka Jumat, 5/1/2024 Pagi. twitter/@jalur5_
0 Komentar

INSIDEN tabrakan kereta api antara KA Turangga dengan KRL Bandung Raya di Kabupaten Cicalengka, Bandung di lintas Cicalengka-Haurpugur KM 181+700 pada 5 Januari 2024 telah menemukan titik terang.

Berdasarkan investigasi final dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), penghubung sinyal mekanik ke sinyal elektrik di Stasiun Haurpugur sudah rusak.

Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono, mengatakan ada dua faktor penyebab kecelakaan, yaitu faktor manusia dan perbedaan sistem persinyalan antarstasiun.

Baca Juga:Gempa Guncang Tasikmalaya, BMKG: Bersumber dari DaratanInisial H di Kasus Pungli Rutan KPK Bukan Pegawai Kemenkumham, Ini Penjelasannya

Perbedaan sistem dan perangkat stasiun menjadi penyebab awal terjadi kegagalan komunikasi antar dua stasiun.

Stasiun Cicalengka masih menggunakan peralatan mekanik atau analog, sedangkan Stasiun Haurpugur sudah menggunakan sistem digital.

Akibatnya, hubungan persinyalan antarstasiun tersebut memakai telepon lantaran sistemnya terdapat masalah uncommanded signal.

Uncommanded signal yang terjadi terproses oleh sistem persinyalan blok elektrik St. Haurpugur yang kemudian ditampilkan sebagai indikasi telah diberi “Blok Aman” sehingga PPKA Stasiun Haurpugur dapat melanjutkan proses pelayanan rute untuk KA 350 CL Bandung Raya menuju Stasiun Cicalengka.

“Nah karena di Haurpugur itu elektrik, supaya masih bisa beroperasi antara yang mekanik dan elektrik maka yang Cicalengka dipasang yang namanya interface, supaya informasi yang berupa mekanik atau analog dirubah menjadi digital, yang disalurkan melalui fiber optik,” jelas Soerjanto saat konferensi pers di Kantor KNKT, Jakarta, Jumat (16/2).

KNKT dalam investigasinya juga menemui bahwa petugas sempat saling bertelepon sebelum tragedi terjadi. Isi telepon tersebut terkait sinyal masuk keamanan, namun terjadi salah tafsir akibat kerusakan sistem transien tegangan.

“Pengendali Perjalanan Kereta Api Terpusat [PPKP] menjawab normal persilangan di Stasiun Haurpugur,” ucap Soerjanto.

Baca Juga:Perdana Menteri Belanda Mark Rutte: Saya Mengucapkan Selamat Prabowo Subianto Menyusul Proyeksi Hasil Pemilu di IndonesiaKejaksaan Agung Tetapkan 5 Tersangka Baru di Kasus Korupsi Tata Niaga Komoditas Timah

Sebelum menjawab keadaan normal, pihak Stasiun Cicalengka telah menanyakan posisi KA Turangga berada di mana, kemudian PPKP pun menunggu sinyal yang dikeluarkan dalam keadaan aman.

“Setelah mendapat informasi tadi, PPKP Haurpugur menggunakan telepon sebanyak tiga kali, pada saat bersamaan, ketika kami lihat dari CCTV, PPKP Haurpugur melakukan semboyan 1 untuk KA 121 Malabar untuk berjalan langsung di jalur 1,” kata Soerjanto.

Pada kesempatan yang sama, Plt Kasubkom Investigator Kecelakaan Perkeretaapian KNKT, Gusnaedi Rachmanas menuturkan, bahwa sejak awal hubungan persinyalan antarstasiun tersebut sudah rusak.

0 Komentar